Defisit Transaksi Berjalan Kuartal I Diprediksi Lebih dari 2 Persen
JAKARTA, iNews.id - Defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) kuartal pertama 2018 diperkirakan melebar 2-2,5 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Hal ini disebabkan oleh meningkatnya defisit perdagangan di periode yang sama.
Pengamat Ekonomi Josua Pardede mengatakan, secara kumulatif neraca perdagangan periode tersebut defisit sekitar 1,1 miliar dolar Amerika Serikat (AS) dibanding tahun sebelumnya yang mengalami surplus.
"Defisit sekitar 1,1 miliar dolar AS dibandingkan kuartal pertama 2017 yang mencapai surplus 4,1 miliar dolar AS dan pada kuartal keempat 2017 yang mencapai surplus 1 miliar dolar AS," ujarnya di Batam, Minggu (15/4/2018).
Pengamat Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira juga melihat akan adanya defisit perdagangan, sehingga berimbas pada CAD tahun 2018 yang lebih dari 2,1 persen terhadap PDB.
Menurut dia, neraca perdagangan Maret 2018 masih defisit di kisaran 50-70 juta dolar AS. Defisitnya cenderung mengecil karena faktor musiman ekspor bulan Maret-April yang biasanya meningkat seiring normalisasi produksi di negara tujuan ekspor seperti China, AS, India dan Eropa. Permintaan bahan baku dari Indonesia diharapkan membaik.
Selain itu, ada faktor lain yang mendukung melebarnya CAD tahun ini seperti kinerja ekspor yang diperkirakan membaik, tapi dari sisi impa or akan terjadi lonjakan khususnya impor migas. Naiknya kebutuhan domestik terhadap bahan bakar minyak (BBM).
"Di sisi yang lain masih mahalnya harga minyak dunia akan membuat impor migas melanjutkan tren kenaikan," ujar Bhima kepada iNews.id, Minggu (15/4/2018).
Kemudian, faktor fluktuasi kurs rupiah pada bulan Maret juga berkontribusi terhadap lonjakan nilai impor dihampir seluruh jenis barang yakni impor bahan baku, impor barang modal dan impor barang konsumsi.
Sementara itu, impor bahan baku yang diperkirakan naik secara tahunan akan berdampak positif karena menunjukkan permintaan industri dalam negeri semakin membaik seiring pemulihan konsumsi rumah tangga dan persiapan jelang Lebaran di mana permintaan produk industri terutama makanan minuman akan tinggi.
Editor: Ranto Rajagukguk