Dorong Ekonomi Digital, Masyarakat Diminta Gunakan Aplikasi Lokal
JAKARTA, iNews.id – Tingginya penetrasi penggunaan internet di Indonesia tidak dibarengi dengan meningkatnya konsumsi aplikasi lokal. Artinya, masyarakat hanya mengakses aplikasi-aplikasi atau situs milik luar negeri dalam penggunaan internet kesehariannya.
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat, selama 2017 jumlah pengguna internet sebanyak 143,26 juta jiwa. Dari jumlah itu, hanya 5,56 persen yang sering mengakses aplikasi lokal, 23,46 persen setengah sering, 56,79 persen jarang, dan 14,20 persen tidak pernah.
Padahal semakin sering masyarakat mengakses aplikasi atau situs tersebut, semakin menambah pundi-pundi keuntungan bagi perusahaan-perusahaan luar negeri. Sementara, kita sebagai konsumen hanya menjadi penikmat saja.
Apalagi perusahaan-perusahaan besar tersebut memiliki konsumen dalam porsi yang cukup besar dari Indonesia. Sementara mereka tidak membayar pajak atau berkontribusi pada perekonomian Indonesia.
Dengan demikian, baik pemerintah ataupun masyarakat harus memiliki kesadaran mengenai hal ini. Sebab, jika hanya salah satu saja yang berusaha tanpa didukung oleh pihak lainnya tidak akan bisa berjalan dengan baik.
"Harus bareng-bareng, harus sepakat jadi harus menjadi gerakan nasional. Karena kalau hanya sebagian kecil masyarakat yang mau ya tidak bisa. Kita harus sadar juga bahwa tiap kali kita ngeklik, kalau tidak pakai aplikasi lokal maka yang dapat (keuntungan) adalah bukan orang lokal," kata Sekertaris Jenderal Apjii, Henri Kasyfi Soemartono di Hard Rock Cafe, Jakarta, Senin (19/2/2018).
Selain itu, juga dibutuhkan sinergi antara pemerintah dan pembuat aplikasi lokal untuk bisa membuat aplikasi yang setara dengan aplikasi buatan asing.
"Semuanya bersinergi sadar terhadap ekonomi digital, yang bisa diraih dari aplikasi-aplikasi ini. Kalau kita tidak merasa ada kepentingan ekonomi digital dalam hal ini, maka bagi kita terserah aja mau pakai aplikasi lokal atau asing," tuturnya.
Ia melanjutkan, selama ini aplikasi buatan lokal memiliki fasilitas dan konten yang bisa bersaing dengan aplikasi asing. Namun, karena sangat jarang masyarakat yang menggunakannya membuat aplikasi lokal tersebut sepi peminat.
"Sebenarnya saya lihat dari teman-teman aplikasi lokal fasilitasnya sama saja. Saya masuk tapi teman-teman saya tidak ada yang pakai aplikasi itu terus saya temenan sama siapa? Tapi kalau kita bareng-bareng masuk tidak ada masalah," ujarnya.
Editor: Ranto Rajagukguk