Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Gawat! Rusia Siap-Siap Uji Coba Senjata Nuklir
Advertisement . Scroll to see content

Ekonomi Rusia Diprediksi Anjlok 20 Persen di Tengah Sanksi dari Berbagai Negara

Senin, 28 Februari 2022 - 19:19:00 WIB
Ekonomi Rusia Diprediksi Anjlok 20 Persen di Tengah Sanksi dari Berbagai Negara
JPMorgan memprediksi ekonomi Rusia anjlok 20 persen pada kuartal kedua tahun ini menyusul sanksi dari berbagai negara atas invasi negara tersebut ke Ukraina. (Foto: Reuters)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - JPMorgan memprediksi ekonomi Rusia anjlok 20 persen pada kuartal kedua tahun ini dan sekitar 3,5 persen untuk satu tahun penuh. Hal ini menyusul sanksi dari berbagai negara atas invasi negara tersebut ke Ukraina.

"Jika sanksi baru ini memang diberlakukan, dampaknya terhadap ekonomi Rusia akan parah," ujar Jahangir Aziz di JPMorgan dalam sebuah catatan kepada klien dikutip dari Antara, Senin (28/2/2022).

Dia menambahkan, inflasi Rusia diperkirakan akan mencapai 10 persen pada akhir tahun dengan risiko yang sangat condong meningkat.

"Dua pilar ekonomi bahkan di tengah pertumbuhan yang melambat, inflasi yang meningkat, dan suku bunga yang tinggi adalah 'benteng' cadangan devisa bank sentral Rusia dan surplus transaksi berjalan Rusia," kata dia.

JPMorgan juga menurunkan perkiraannya untuk tren pertumbuhan Rusia menjadi 1,0 persen dari 1,75 persen karena isolasi politik dan ekonomi yang meningkat akan menghambat ekspansi di tahun-tahun mendatang.

Sementara itu, Bank sentral Rusia menaikkan suku bunga utamanya menjadi 20 persen dari 9,5 persen pada Senin dalam langkah darurat. Pihak berwenang mengatakan kepada perusahaan-perusahaan yang berfokus pada ekspor untuk menjual mata uang asing karena rubel jatuh ke rekor terendah.

"Kondisi eksternal untuk ekonomi Rusia telah berubah secara drastis," kata bank sentral dalam sebuah pernyataan.

Bank sentral menjelaskan, kenaikan suku bunga utama akan memastikan kenaikan suku bunga deposito ke tingkat yang diperlukan untuk mengimbangi peningkatan depresiasi dan risiko inflasi. 

Ini diperlukan untuk mendukung stabilitas keuangan dan harga serta melindungi tabungan warga dari depresiasi," tulis bank sentral.

Editor: Aditya Pratama

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut