Erdogan Jadi Presiden Lagi, Lira Turki Bangkit
 
                 
                ISTANBUL, iNews.id – Mata uang Turki, Lira menguat setelah Recep Tayyip Erdogan terpilih kembali menjadi Presiden Turki dan parta pengusungnya, AKP meraup suara mayoritas di parlemen.
Dikutip dari Business Insider pada Selasa (26/6/2018), kemenangan Erdogan untuk kedua kalinya tersebut membuat mata uang negara itu menguat 3 persen pada perdagangan Senin (25/6/2018), tertinggi dalam dua minggu terakhir. Di tengah sesi, perdagangan hari ini, Lira juga kembali bergerak menguat.
 
                                Erdogan meraih 52,5 persen suara sehingga cukup baginya untuk menjadi Presiden. Kekuasaan Erdogan selama 15 tahun di Turki memicu kontroversi karena mantan Wali Kota Istanbul itu dituding memenjarakan mahasiswa, jurnalis, dan politisi yang mengkritisinya.
Salah satu lawan Erdogan dalam pilpres, Selahattin Demirtas melakukan kampanye politik dari balik penjara karena dianggap terlibat dalam aksi terorisme. Sejumlah analis menilai, terpilihnya kembali Erdogan memberikan jaminan stabilitas politik di Turki sehingga investor tertarik kembali masuk.
Meski menguat, Lira tercatat masih minus 16 persen terhadap greenback tahun ini menyusul kekhawatiran investor terhadap tingginya utang Turki dan prospek ekonomi negara tersebut dalam jangka panjang.
“Pada masa lalu, investor merespons positif setiap peristiwa politik di Turki yang dianggap akan semakin meningkatkan stabilitas politik. Kendati demikian, pernyataan Presiden Erdogan soal kebijakan moneter selama kampanye politik untuk tetap mempertahankan suku bunga rendah menarik perhatian soal kebijakan moneter Turki,” kata Goldman Sachs dalam risetnya, sebelum pemilu.
Dalam kampanyenya, Erdogan menyebut, suku bunga tinggi sebagai “ayah dan ibu dari segala iblis”. Investor bereaksi negatif terhadap pandangan tersebut dan menanti kebijakan moneter lain yang tak biasa dari Erdogan.
Mata uang Turki telah kehilangan nilainya hampir 75 persen dalam sepuluh tahun terakhir.
“Gejolak di pasar keuangan (Turki) baru-baru ini telah menunjukkan penurunan tajam. Risiko dari pemilu akan terlihat dalam jangka panjang, yakni dari pemerintahan Erdogan-AKP dalam menerapkan kebijakan fiskal dan moneter yang lebih longgar,” kata Jason Tuven, Ekonom Senior Capital Economics.
Editor: Rahmat Fiansyah