Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Mandiri Tunas Finance Naik Peringkat Jadi AA+(idn) dari Fitch Ratings
Advertisement . Scroll to see content

Fitch Ratings Pertahankan Peringkat Indonesia di Triple B

Selasa, 23 November 2021 - 15:45:00 WIB
Fitch Ratings Pertahankan Peringkat Indonesia di Triple B
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo. (Foto: Istimewa)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Lembaga pemeringkat dunia, Fitch Ratings, kembali mempertahankan Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada peringkat triple B atau BBB (investment grade) dengan outlook stabil pada 22 November 2021. Sebelumnya Fitch Ratings memberi Sovereign Credit Rating Indonesia di peringkat BBB dengan outlook Stabil pada 22 Maret 2021.

Fitch Ratings menyatakan, keputusan tersebut mempertimbangkan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka menengah yang baik serta rasio utang Pemerintah terhadap PDB yang rendah. 

Namun, Fitch Ratings melihat masih ada beberapa tantangan yang membayangi, yaitu ketergantungan terhadap pembiayaan eksternal yang tinggi, penerimaan Pemerintah yang rendah, serta fitur-fitur struktural, seperti PDB per kapita dan indikator tata kelola, yang relatif tertinggal dibandingkan negara-negara lain pada peringkat yang sama.

Menanggapi hal itu, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengatakan Afirmasi rating Indonesia pada peringkat BBB dengan outlook stabil merupakan bentuk pengakuan Fitch Ratings, sebagai salah satu lembaga pemeringkat utama dunia, atas stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan Indonesia yang tetap terjaga. 

Hal itu, juga menunjukkan pengakuan Fitch Ratings pada prospek ekonomi jangka menengah yang tetap kuat di tengah perbaikan ekonomi global yang tidak merata dan ketidakpastian pasar keuangan global. 

"Ini didukung oleh kredibilitas kebijakan dan sinergi bauran kebijakan yang kuat antara Bank Indonesia dan Pemerintah. Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik, mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta terus bersinergi dengan Pemerintah untuk mempercepat proses pemulihan ekonomi nasional," ujar Perry, di Jakarta (23/11/2021).

Setelah meredanya kasus Covid-19 yang sempat meningkat tajam selama Juni hingga Agustus 2021, Fitch Ratings melihat ada potensi ekonomi Indonesia pada 2021 tumbuh lebih tinggi daripada proyeksi mereka sebesar 3,2 persen, sejalan dengan perbaikan mobilitas masyarakat dan harga komoditas ekspor yang tinggi. 

Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan meningkat menjadi 6,8 persen pada 2022 dan dalam beberapa tahun berikutnya tetap tumbuh pada kisaran 6 persen, antara lain didukung oleh dampak positif dari implementasi UU Cipta Kerja terhadap kenaikan investasi.

Dari sisi fiskal, penerapan UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP) diharapkan dapat mendukung upaya mengembalikan defisit fiskal ke bawah 3 persen dari PDB pada 2023. 

Sejalan dengan itu, Fitch Ratings memperkirakan defisit fiskal mencapai 5,4 persen pada 2021 dan turun menjadi 4,5 persen pada 2022, lebih rendah daripada target Pemerintah sebesar 5,8 persen pada 2021 dan 4,9 persen pada 2022 yang belum memasukkan dampak penerapan UU HPP. 

Meski demikian, tantangan dalam meningkatkan rasio penerimaan negara diperkirakan masih ada, termasuk dari sisi perluasan basis pajak dan peningkatan kepatuhan. 

Terkait pembiayaan fiskal, inisiatif Bank Indonesia dalam mendukung pembiayaan kesehatan dan kemanusiaan akibat pandemi telah menurunkan biaya bunga utang Pemerintah dan memberikan tambahan ruang fiskal bagi Pemerintah. 

Untuk menjaga agar respon pelaku pasar terhadap kebijakan ini tetap positif, Fitch Ratings mengharapkan kebijakan ini tidak diterapkan berkepanjangan.

Fitch Ratings menilai ketahanan eksternal Indonesia membaik, antara lain terlihat dari kenaikan cadangan devisa dan arus masuk PMA serta dukungan kerja sama swap line dengan bank sentral lain. 

Hal ini juga didukung oleh laju inflasi yang diperkirakan tetap berada dalam kisaran target 3 persen ± 1 persen, sejalan dengan tekanan permintaan domestik yang masih belum kuat dan dampak dari kenaikan harga minyak internasional terhadap harga jual bahan bakar di dalam negeri yang terbatas. 

Namun, Indonesia dipandang masih rentan terhadap perubahan sentimen investor mengingat ketergantungan yang tinggi pada arus masuk portofolio dan ekspor komoditas.

Editor: Jeanny Aipassa

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut