Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Anak Riza Chalid Heran Didakwa Rugikan Negara Rp2,9 Triliun: Itu Kontrak Sewa 10 Tahun
Advertisement . Scroll to see content

Harga Minyak Turun 30 Persen, Begini Komentar Gubernur BI Perry Warjiyo

Senin, 09 Maret 2020 - 14:22:00 WIB
Harga Minyak Turun 30 Persen, Begini Komentar Gubernur BI Perry Warjiyo
Gubenur Bank Indonesia Perry Warjiyo. (Foto: iNews.id)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Harga minyak dunia kembali turun tajam dan menyentuh angka terendah sejak tahun 2016. Persentase penurunan tercatat hingga di atas 30 persen.

Menanggapi hal itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut, merosotnya harga minyak cukup mengejutkan karena dipicu oleh perang harga minyak, terutama yang tergabung dalam Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC). 

"Pagi ini kita dihentakkan dengan perang oil yang sebabkan turunnya harga minyak dari 60 dolar AS ke 30 dolar AS per barel," ujar Perry di Gedung BI, Jakarta, Senin (9/3/2020).

Perry menambahkan, turunnya harga minyak dunia menunjukkan tren era globalisasi di dunia semakin menurun dan memasuki era deglobalisasi. Terlebih, kondisi ini terjadi lantaran berlarutnya perang dagang antara AS dengan negara-negara mitra dagang utamanya, khususnya China.

"Ini contoh-contoh menurunnya globalisasi sedemikian cepat," kata dia.

Penurunan ini adalah penurunan persentase terbesar sejak 17 Januari 1991, pada awal Perang Teluk pertama dan terendah sejak 12 Februari 2016. 

Arab Saudi, pengekspor minyak terbesar di dunia, berusaha menekan Rusia, produsen terbesar kedua di dunia, karena menolak pemotongan produksi yang diusulkan oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). OPEC dan produsen lain mendukung pemotongan untuk menstabilkan penurunan harga yang disebabkan oleh kejatuhan ekonomi dari wabah virus korona.

Arab Saudi berencana untuk meningkatkan produksi minyak mentah di atas 10 juta barel per hari (bph) pada bulan April setelah kesepakatan pasokan antara OPEC dan Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, berakhir pada akhir Maret. Arab Saudi, Rusia, dan produsen utama lainnya berjuang menopang harga di pasar pasar sejak 2014 dan 2016 karena meningkatnya produksi shale oil AS.

Editor: Ranto Rajagukguk

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut