Ikuti The Fed, Ekonom CORE Prediksi BI Naikkan Suku Bunga 2 Kali Lagi
JAKARTA, iNews.id – Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memprediksi Bank Indonesia (BI) masih akan menaikkan suku bunga acuan dua kali lagi tahun ini. Hal ini mengikuti langkah serupa bank sentral AS, The Fed.
Direktur Riset CORE Indonesia, Piter Abdullah Redjalam menyebut, BI mengerek suku bunga 7-Day Reverse Repo Rate (7DRR) pada paruh kedua tahun ini sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen. Saat ini, suku bunga acuan dipatok 5,25 persen.
"Saya memperkirakan suku bunga akan dinaikkan lagi pada September dan Desember, dua kali lagi, masing-masing harapan saya 25 bps," ujar Piter di Hong Kong Kafe, Jakarta, Selasa (31/7/2018).
Dia menyebut, The Fed diprediksi akan menaikkan suku bunga acuannya dua kali lagi dari posisi saat ini di level 2 persen. Suku bunga acuan BI perlu dinaikkan untuk menjaga selisih dengan Fed Fund Rate. Arah kebijakan The Fed saat ini tengah dinanti pelaku pasar karena akan menggelar rapat hari ini.
Piter menilai, keputusan BI sebelumnya yang mengerek suku bunga acuan pada Juni sebesar 50 bps kurang tepat meski dilakukan dalam dua kali rapat yang berbeda. Dia menyebut, kenaikan tersebut terlalu agresif karena bisa menahan laju pertumbuhan kredit perbankan dan minat pelaku pasar untuk berinvestasi saham.
"Semoga Bank Indonesia belajar dari kemarin, kalau naikin 50 basis poin terlalu besar. Jadi, kesimpulannya suku bunga 5,75 persen ini enggak terlalu besar," katanya.
Dia menyebut, suku bunga acuan 5,75 persen masih cukup kondusif bagi perbankan. Namun, kata dia tetap saja ada faktor-faktor lain yang berada di luar kuasa pemerintah dan bank sentral yang dapat mengganggu dunia usaha seperti perang dagang antara AS dan negara-negara mitra dagangnya.
"Pertumbuhan penyaluran kredit perbankan masih akan berkisar di 11 persen," ucap Piter.
Dia menambahkan, tugas terpenting bank sentral saat ini yaitu bagaimana menjaga agar nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak terlalu volatil.
"Daripada rupiah hari ini 14.300, kemudian dibuat menguat 13.800 tapi bulan September gejolak lagi, volatility itu yang sebenarnya membahayakan. Kalau yang sekarang ada di 14.300 biarkan saja rupiah di kisaran 14.300 itu sudah stabil ya. Kalau seandainya dia ada di sana, biarkan saja," ujarnya.
Editor: Rahmat Fiansyah