IMF Prediksi Inflasi Venezuela Tahun Ini Tembus 1.000.000 Persen
CARACAS, iNews.id - Masyarakat Venezuela semakin menderita di tengah krisis finansial yang berujung pada krisis kemanusiaan di negaranya. Salah satu indikator yang menunjukkan memburuknya kondisi ekonomi yaitu inflasi.
Negara Amerika Latin itu mengalami hiperinflasi. Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi inflasi di Venezuela hingga akhir tahun 2018 ini bisa menyentuh 1.000.000 persen. Artinya, harga-harga barang dan jasa di negara tersebut melambung tak terkendali.
“Kami memperkirakan peningkatan inflasi hingga 1.000.000 persen hingga akhir 2018 yang menjadi sinyal bahwa situasi di Venezuela hampir mirip dengan Jerman pada 1923 dan Zimbabwe pada penghujung tahun 2000-an,” kata Kepala IMF Departemen Western Hemisphere, Alejandro Werner, dikutip dari AFP, Selasa (24/7/2018).
Dia menyebut, proyeksi tersebut mengandung tingkat ketidakpastian yang tinggi dibandingkan kebanyakan proyeksi yang ada. Dia menyebut, inflasi bisa berakhir dengan skenario terbaik ada di level 800.000 persen sementara skenario terburuk bisa mencapai 1,2 juta persen.
“Hancurnya harga-harga sebagai mekanisme alokasi sumber daya sudah terjadi,” kata Werner.
Selain itu, IMF juga memprediksi laju pertumbuhan ekonomi Venezuela akan kembali tertekan dengan perkiraan negatif hingga 18 persen. Hal ini melanjutkan tren penurunan pertumbuhan ekonomi dua digit dalam tiga tahun terakhir. Proyeksi ini juga lebih buruk dibandingkan perkiraan serupa yang dibuat Mei karena meski harga minyak naik, Venezuela tidak bisa menikmatinya karena banyak produsen minyak yang menyetop produksinya.
Situasi ini akan membuat masyarakat Venezuela makin sengsara karena makin banyak orang yang akan terkena penyakit akibat ketiadaan obat dan penurunan berat badan karena langkanya bahan makanan.
Menurut Alejandro, memburuknya situasi di Venezuela disebabkan kebijakan pemerintah yang membuat distorsi, termasuk langkah mencetak uang lebih banyak untuk membiayai operasional pemerintahan.
“Kami memperkirakan pemerintah akan melanjutkan kebijakan defisit fiskal yang lebar yang dibiayai lewat pencetakan uang, sehingga membuat inflasi terus mengalami akselerasi di tengah minat orang akan uang yang semakin turun,” ujarnya.
Data OPEC menunjukkan, produksi minyak Venezuela anjlok ke level terendah dalam 30 tahun terakhir menjadi hanya 1,5 juta barel per hari. Padahal, negara ini memiliki cadangan minyak yang sangat besar.
Venezuela diketahui menggantungkan pendapatan negara dari minyak dengan porsi hampir 96 persen. Kebijakan pemerintah Nicholas Maduro yang menghapus kurs mata uang luar negeri membuat kondisi negara tersebut makin runyam.
Argentina, tetangga Venezuela, baru-baru ini menerima bantuan pinjaman dari IMF. Ekonomi negara tersebut diperkirakan akan melambat tahun ini menjadi hanya 0,4 persen. Namun, Werner optimistis ekonomi Argentina akan mengalami pemulihan secara bertahap pada 2019 dan 2020 di bawah program stabilisasi yang didukung IMF.
Editor: Rahmat Fiansyah