Impor Bahan Baku Farmasi, Mayoritas Berasal dari China
JAKARTA, iNews.id - Bahan baku industri farmasi dalam negeri dinilai paling banyak impor dari China, India, dan beberapa negara Eropa. Saat ini senyawa-senyawa kimia yang menjadi bahan baku farmasi 95-96 persen merupakan produk impor.
Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan Farmasi (GP Farmasi) Indonesia Darodjatun Sanusi mengatakan, guna meminimalkan kegiatan impor, industri farmasi harus menggenjot Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam produksinya. Pasalnya, semakin tinggi tingkat impor bahan baku barang, maka harganya semakin tinggi.
"Dari China terbanyak, kemudian yang kedua dari India, kemudian ada dari beberapa negara Eropa," ujarnya di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Jumat (24/8/2018).
Kendati demikian, secara presentase masih belum diketahui pengaruh TKDN tersebut terhadap pengurangan impor. Namun, ia menegaskan bahwa dari segi nilai barang dapat meningkat jika menambah penggunaan TKDN dalam produksinya.
"Saya ambil contoh misalnya sekarang ini industri farmasi untuk kepentingan jaminan kesehatan nasional atau BPJS itu kita mensuplai dari segi jenis produk antara 90-92 persen tetapi nilainya dalam rupiah itu hanya sekitar 70-73 persen. Nah produk-produk yang teknologinya masih belum bisa dikuasai kaya produk impor segala macam, itu jumlahnya kurang dari 10 persen tapi nilainya di atas 25 persen," ucapnya.
Ia melanjutkan, hal tersebut membuat anggaran negara yang dialokasikan untuk BPJS dihabiskan untuk membeli produk-produk impor tersebut. Pasalnya, industri farmasi dalam negeri masih belum mampu memproduksi barang-barang tersebut karena kurangnya ilmu pengetahuan dan teknologi belum memadai.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Juli 2018 sebesar 18,27 miliar dolar AS tertinggi sejak Januari 2008. Dibandingkan dengan bulan Juni maka terdapat kenaikan 62,17 persen dari 11,26 miliar dolar AS.
Nilai impor tertinggi per sektor disumbang oleh konsumsi sebesar 1,72 miliar dolar AS naik 70,5 persen. Bahan baku sebesar 13,67 miliar dolar AS atau naik 59,28 persen serta barang modal diimpor sebesar 2,88 miliar dolar AS atau naik 71,95 persen.
Adapun impor barang konsumsi yang mengalami kenaikan pada bulan ini salah satunya adalah beberapa jenis obat-obatan. Sementara, bahan baku yang mengalami kenaikan yaitu beberapa bahan kimia potassium chloride dan bahan kimia organik untuk bahan baku farmasi.
Editor: Ranto Rajagukguk