Inflasi Inggris Tembus Dua Digit, Tertingggi sejak 1982
LONDON, iNews.id - Inflasi Inggris melonjak ke level tertinggi 40 tahun atau sejak 1982 pada Juli 2022. Itu karena melonjaknya harga makanan dan energi.
Menurut data yang dirilis Kantor Statistik Nasional (ONS) pada Rabu (17/8/2022), indeks harga konsumen naik menjadi 10,1 persen pada Juli 2022 secara tahunan. Angka ini di atas perkiraan konsensus Reuters sebesar 9,8 persen dan naik dari Juni sebesar 9,4 persen.
Inflasi inti tidak termasuk energi, makanan, alkohol, dan tembakau mencapai 6,2 persen pada 2022 hingga Juli. Ini naik dari 5,8 persen pada Juni dan di atas proyeksi 5,9 persen. Dalam laporannya ONS menyebut, naiknya harga pangan memberikan kontribusi kenaikan terbesar terhadap tingkat inflasi tahunan antara Juni dan Juli.
"Supermarket tidak punya banyak pilihan selain meneruskan kenaikan harga dari pemasok, mereka sendiri bersaing dengan inflasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam bahan baku dan biaya input bahan,” kata Direktur Strategi Ritel di PwC Kien Tan, dikutip dari CNBC International, Rabu (17/8/2022).
"Ini sangat akut dalam kategori padat karya dan utilitas seperti produk susu, dengan laporan harga satu liter susu meningkat lebih dari dua kali lipat di beberapa toko sejak awal tahun," imbuhnya.
ONS menyatakan, perkiraan inflasi harga konsumen model indikatifnya menunjukkan tingkat indeks harga konsumen (CPI) akan bertahan lebih tinggi, di mana perkiraan berkisar dari hampir 11 persen pada Januari hingga sekitar 6,5 persen pada Desember.
Bank of England (BoE) telah menerapkan enam kenaikan suku bunga berturut-turut untuk mengendalikan inflasi. Awal bulan ini menaikkan suku bunga terbesar sejak 1995 dan memproyeksikan Inggris akan memasuki resesi terpanjang sejak krisis keuangan global pada kuartal IV tahun ini. Sementara itu, bank sentral memperkirakan inflasi akan mencapai 13,3 persen pada Oktober mendatang.
Adapun perkiraan terbaru menunjukkan batas harga energi Inggris bisa naik menjadi 4.266 poundsterling per tahun awal tahun depan dari saat ini senilai 1.971 poundsterling, dengan banyak rumah tangga sudah memilih antara pemanasan dan makanan. Batas tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 3.000 poundsterling pada Oktober setelah tinjauan berikutnya.
Upah riil di Inggris turun 3 persen secara tahunan pada kuartal II 2022, penurunan paling tajam dalam catatan ONS. Meskipun gaji rata-rata tidak termasuk bonus meningkat sebesar 4,7 persen, biaya hidup jauh melampaui pertumbuhan upah dan menekan pendapatan rumah tangga.
"Angka inflasi ini berfungsi sebagai pengingat lebih lanjut bagi banyak rumah tangga Inggris bahwa mereka menghadapi periode kesulitan keuangan yang cukup besar," kata Head of Investment Trusts di Janus Henderson, Dan Howe.
"Konsumen sudah bergulat dengan kenaikan biaya energi dan melonjaknya harga rumah tangga, semuanya diperparah oleh kurangnya tindakan tegas di tingkat politik. Di tengah pembicaraan tentang pemogokan dan pemadaman energi, tidak ada keraguan bahwa keputusan sulit ada di depan keluarga Inggris," tambahnya.
Head of Fixed Interest Research di Quilter Cheviot Richard Carter memperkirakan, Bank of England kemungkinan akan merespons pada pertemuan kebijakan moneter berikutnya dengan kenaikan suku bunga 50 basis poin lagi dalam upaya untuk menekan inflasi. Dia menambahkan, krisis biaya hidup akan menjadi lebih buruk sebelum menjadi lebih baik.
"Dengan demikian, tidak diragukan lagi akan ada banyak tekanan pada Perdana Menteri berikutnya untuk membantu melunakkan pukulan dan Bank of England akan terus memiliki pekerjaan yang sangat sulit," ucapnya.
Editor: Jujuk Ernawati