Jelang Nyepi, Harga Buah Mendadak Naik
DENPASAR, iNews.id - Harga berbagai jenis buah di sejumlah pasar tradisional di Kota Denpasar, Bali menjelang Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1940 mengalami kenaikan, dibandingkan hari-hari biasa sebelumnya.
"Kenaiakan harga buah tersebut karena kebutuhan meningkat dalam waktu yang bersamaan, di samping pasokan buah dari sejumlah kota di Jawa berkurang akibat pengaruh cuaca yang kurang menguntungkan," kata seorang pedagang buah di Pasar Badung, Kota Denpasar Nyoman Laite, di Denpasar, Rabu (14/3/2018).
Buah apel yang didatangkan dari Jawa sebesar Rp40.000 per kilogram, meningkat Rp5.000 dari hari-hari sebelumnya yang tercatat Rp35.000. Demikian pula jenis buah lainnya seperti jeruk sebesar Rp25.000 per kilogram juga naik Rp5.000 dari hari sebelumnya Rp20.000 per kilogram.
Selain itu, buah apel Fuji juga meningkat dari Rp40.000 menjadi Rp45.000 per kilogram, buah naga dari Rp28.000 menjadi Rp30.000 per kilogram, anggur dari Rp25.000 menjadi Rp 30.000 per kilogram.
Kenaikan harga dari komoditas buah tersebut, kata dia, terjadi secara bertahap sejak beberapa hari yang lalu. Rata-rata kenaikan itu terjadi untuk semua jenis buah.
"Akibat kenaikan harga tersebut, penjualan buah mengalami penurunan di salah satu pasar terbesar di Denpasar itu," katanya.
Sejalan dengan Laite, pedagang buah yang lainnya di Pasar Sanglah, Jero Melati, mengatakan, kenaikan harga buah terjadi hampir semua jenis buah seperti buah apel dari Rp35.000 per kilogram kini menjadi Rp40.000 per kilogram, apel malang Rp35.000 per kilogram dari sebelumnya Rp30.000 per kilogram.
Sementara, Katemi Wirawati, seorang pedagang buah di Pasar Tradisional Gunung Agung Denpasar menjelaskan, pihaknya mampu menjual buah rata-rata 50 kilogram untuk setiap jenis buah yang dijual.
Buah yang dijual tersebut antara lain buah apel fuji, apel malang, apel merah, jeruk, buah naga, anggur dan salak. Namun, sejak seminggu belakangan ini buah yang berhasil dijual itu jumlahnya berkurang hingga lebih dari setengahnya, karena minat pembeli berkurang.
Editor: Ranto Rajagukguk