Jokowi Sebut Banyak Bisnis Tumbang karena Perkembangan Teknologi
DEPOK, iNews.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan, seluruh lanskap baik ekonomi, sosial budaya, dan politik harus cepat menyesuaikan dengan teknologi yang terus berkembang.
Jokowi memberikan contoh beberapa bisnis konvensional yang terkena dampak dari perkembangan teknologi. Bisnis ritel dan penjualan tiket dinilai menjadi salah satu contoh ladang usaha yang tertekan lantaran tak bisa menyesuaikan diri.
"Bisnis supermarket yang dulunya sangat mapan, sekarang ini tunggang-langgang diterpa pasar online. Biro perjalanan yang juga menurun drastis karena telah munculnya online ticketing," katanya, di Gedung Balairung UI, Jakarta, Jumat (2/2/2018).
Bahkan, dunia politik dan pemerintah juga dituntut untuk segera menyesuaikan diri dengan adanya perkembangan digital. Beberapa posisi pekerjaan di dunia usaha juga lambat laun mulai bergeser ke sistem otomatis.
“Pemerintahan dituntut kerja cepat dan efisien. Pekerjaan administrator dan akuntan semakin di-otomatisasikan,” ujar Jokowi.
Karena itu, Jokowi berharap Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia harus berkompeten. Tak hanya itu, pendidikan juga perlu ditingkatkan. “SDM paling tinggi adalah SDM yang paling progresif, paling terbuka dengan perubahan, paling agresif dalam mengembangkan terobosan-terobosan. Dan paling antisipasi menatap masa depan,” tuturnya.
Dalam hal ini, Jokowi tak henti-hentinya mengingatkan soal inovasi sebagai kunci perubahan serta mengikuti perkembangan zaman. Menurut dia, jangan lagi terjebak rutinitas yang monoton.
“Yang saya sampaikan berulang-ulang kali, di mana-mana. Jangan lagi terjebak dalam rutinitas. Cara-cara baru harus dikembangkan. Mahasiswa dan dosen terus berinovasi harus ditumbuhkan. Kreasi-kreasi baru harus difasilitasi dan dikembangkan. Semua itu membutuhkan fasilitas di kampus untuk mendorong inovasi,” ucapnya.
Dalam peringatan tersebut, Jokowi juga mengatakan, agar para mahasiswa serta dosen bisa berinovasi tidak harus melakukan kegiatan di dalam gedung atau kampus perkuliahan saja. Tetapi, dengan cara co-working space dan creative hub juga bisa dilakukan tanpa membatasi ruang gerak kreativitas.
“Artinya, semacam co-working space dan creative hub agar inovasi dan kreativitasi baru bisa dibiayai dan diapresiasi. Para inovator dijejaringkan serta produk periset dipublikasikan dan dihilirkan. Artinya, cara kerja perguruan tinggi harus inovatif,” ujarnya.
Editor: Ranto Rajagukguk