Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : KPPU Soroti Tambahan Volume Impor BBM Pertamina Capai 613.000 Kiloliter, SPBU Swasta Cuma Segini
Advertisement . Scroll to see content

Kata Menko Darmin dan Gubernur BI Soal Harga BBM Non-Subsidi yang Naik

Selasa, 27 Februari 2018 - 21:41:00 WIB
Kata Menko Darmin dan Gubernur BI Soal Harga BBM Non-Subsidi yang Naik
Ilustrasi (Foto: Okezone.com)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menyebut, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi, terutama jenis Pertamax akan memicu kenaikan harga barang dan jasa secara umum atau inflasi.

Menko Darmin mengatakan, kenaikan harga BBM non-subsidi akan mendorong inflasi meski tidak terlalu signifikan. Pasalnya, konsumsi BBM jenis Pertamax tidak sebanyak konsumsi BBM subsidi jenis Premium.

“Ini ya pengaruhnya enggak banyak. Kalau ada (pengaruhnya), pasti selalu ada,” kata Darmin di kantornya, Jakarta, Selasa (27/2/2018).

Sementar itu, Agus Marto juga menilai, kenaikan harga BBM non-subsidi memang akan berpengaruh terhadap inflasi. Namun, dia menilai keputusan PT Pertamina (Persero) menaikkan harga BBM non-subsidi karena harga minyak yang terus naik.

“Kalau kita dengar yang terakhir kali sekarang sudah disesuaikan tentu ada dampak terhadap inflasi. Kalau kita mesti melakukan penyesuaian harga itu adalah karena harga minyak dunia ada peningkatan yang kemudian nanti dengan hati-hati dihitung kemudian dilakukan penyesuaian harga," ucapnya. 

Mantan Menteri Keuangan menjelaskan, pemerintah saat ini sudah meminta agar harga BBM subsidi tidak berubah setidaknya hingga Maret 2018. Untuk itu, harga BBM non-subsidi perlu dinaikkan agar jumlah beban kerugian perusahaan pelat merah itu tidak membengkak.

Menurut Agus, jika ada selisih harga antara harga yang dijual dengan harga minyak mentah dunia, maka Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selaku auditor negara bisa menganggap selisih tersebut harus dibayar oleh pemerintah.

"Nanti akan diperhitungkan, akan diaudit oleh BPK dan nanti selisihnya akan dibayar negara melalui sistem APBN,” kata Agus.

Dia mengatakan, dari awal BI sudah mengingatkan risiko inflasi tahun ini akan berasal dari pergerakan harga minyak dunia yang melambung tinggi. Harga minyak dunia sudah berada di atas 60 dolar Amerika Serikat (AS) per barel, bahkan sempat mendekati 70 dolar AS per barel.

Kendati demikian, Agus masih optimistis inflasi hingga akhir tahun masih berada dalam target pemerintah dan BI sebesar 3,5 persen plus minus 1 persen.

"Secara umum inflasi kita masih sesuai dengan target inflasi yaitu dikisaran 3,5 plus minus 1 persen," ujarnya.

Editor: Rahmat Fiansyah

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut