Ketua The Fed Beri Sinyal Tahan Suku Bunga Bulan Depan
WASHINGTON, iNews.id - Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell memberi sinyal bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS) mungkin akan mempertahankan suku bunga bulan depan. Hal ini mengingat meningkatnya imbal hasil obligasi jangka panjang yang dapat membatasi pertumbuhan ekonomi, sehingga secara efektif melakukan upaya kenaikan suku bunga lainnya.
Dalam kesempatan yang sama, Powell mengatakan, perekonomian dan pasar tenaga kerja yang terus memanas dapat mendorong The Fed untuk menaikkan suku bunga suatu saat nanti.
“Kondisi keuangan telah mengetat secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir, dan imbal hasil obligasi jangka panjang telah menjadi faktor pendorong penting dalam pengetatan ini. Kami tetap memperhatikan perkembangan ini karena perubahan kondisi keuangan yang terus-menerus dapat berdampak pada jalur kebijakan moneter," ujar Powell dalam sebuah pidato dikutip dari USA Today, Sabtu (21/10/2023).
Imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun telah melonjak hingga 4,9 persen dari 3,2 persen di bulan Maret karena perekonomian yang lebih kuat dari perkiraan yang dapat mendorong inflasi lebih tinggi dan peningkatan besar dalam pasokan Treasury yang terkait dengan infrastruktur pemerintah federal dan belanja lainnya. Ini merupakan level tertinggi sejak 2007.
Kenaikan imbal hasil Treasury telah mendorong kenaikan suku bunga hipotek 30 tahun mendekati 8 persen dan meningkatkan biaya pinjaman bagi korporasi. Perkembangan tersebut kemungkinan akan semakin melemahkan pasar perumahan dan menghambat investasi bisnis.
“Mengingat ketidakpastian dan risiko, dan seberapa jauh kemajuan yang telah kita capai, (komite pembuat kebijakan The Fed) mengambil tindakan dengan hati-hati,” ucap Powell.
Adapun, The Fed telah menaikkan suku bunga utama jangka pendeknya sebesar 5,25 poin persentase sejak awal tahun lalu untuk melawan inflasi.
Namun baru-baru ini, Powell mengatakan The Fed akan bertindak lebih hati-hati karena risiko kegagalan mengendalikan inflasi dan menyebabkan resesi dengan menaikkan suku bunga terlalu agresif sudah lebih seimbang.
“Melakukan tindakan yang terlalu sedikit akan membuat inflasi di atas target menjadi mengakar dan pada akhirnya memerlukan kebijakan moneter untuk menekan inflasi yang lebih persisten dari perekonomian yang berdampak tinggi terhadap lapangan kerja,” kata Powell.
“Melakukan terlalu banyak hal juga dapat menimbulkan kerugian yang tidak perlu terhadap perekonomian,” tuturnya.
Editor: Aditya Pratama