Manfaatkan Tax Holiday, Mitsubishi Chemical Tambah Investasi Rp1,8 Triliun

JAKARTA, iNews.id - Mitsubishi Chemical Corporation melalui anak usahanya, PT MC PET Film Indonesia (MFI) akan membangun pabrik baru. Nilai investasi tersebut mencapai 130 juta dolar AS atau sekitar Rp1,82 triliun.

Pembangunan lini produksi baru yang ditargetkan rampung pada akhir 2021 tersebut untuk memenuhi meningkatnya permintaan polyster film dari Eropa. Selain di Indonesia, Mitsubishi telah memproduksi produk serupa di Jepang, China, AS, dan Jerman.

Baca Juga

ESDM Sebut Tak Ada Kerusakan Lingkungan di WKP Baturaden, Pastikan Pengelolaan Terpantau

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong mengatakan, pemerintah akan mengawal rencana ini dengan perizinan investasi yang lebih mudah.

"Di era persaingan saat ini, pelayanan dan kemudahan bagi investor menjadi faktor yang sangat penting bagi mereka untuk memutuskan berinvestasi. Kami selalu menyambut baik investasi-investasi yang masuk dan kami fasilitasi sebaik mungkin kebutuhan mereka,” kata Thomas, Senin (16/9/2019).

Direktur Promosi Sektoral BKPM Imam Soejoedi menambahkan, upaya pemerintah merilis insentif fiskal lewat tax holiday membuahkan hasil. Dengan mekanisme yang baru, tidak sedikit perusahaan yang meningkatkan skala investasi di Tanah air.

"Khususnya untuk investor Jepang, kabar disetujuinya satu perusahaan Jepang yang mendapatkan tax holiday sangat cepat menyebar di kalangan pengusaha," ujarnya.

Selain Mitsubishi, kata Imam, ada delapan perusahaan lain yang berencana memperluas skala usahanya di Indonesia. Mereka tersebar di berbagai industri seperti otomotif, kimia dasar, makanan dan minuman, pembangkit listrik, dan jasa lainnya.

Presiden Direktur PT MFI Bambang H Sastrosatomo menambahkan, perluasan investasi dilakukan untuk mengantisipasi pertumbuhan permintaan polyster film untuk aplikasi optik.

Saat ini, pabrik PT MFI mampu memproduksi 20 ribu ton polyster film per tahun. Dengan kehadiran pabrik baru nantinya produksinya bisa bertambah 25 ribu ton menjadi 45 ribu ton per tahun.

Editor: Rahmat Fiansyah