Menhub Gelontorkan Rp80 Miliar Perbaki Bandara Palu
JAKARTA, iNews.id - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyiapkan dana sekitar Rp80 miliar untuk memperbaiki Bandara Mutiara Sis Aljufri Palu yang rusak akibat gempa di wilayah Palu-Donggala, Sulawesi Tengah. Dana tersebut untuk memperbaiki terminal dan landasan (runway) bandara.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, dari jumlah tersebut, sebanyak Rp60 miliar digunakan untuk memperbaiki sisi 33 runway bandara. Pasalnya, akibat gempa, landasan tersebut mengalami kerusakan yang cukup parah.
"Biaya untuk di sisi runway 33 itu kira-kira Rp60 miliar, sedangkan di sisi 15 itu adalah satu konstruksi yang sedang berlangsung. Jadi, tidak ada biaya tertentu. Jadi kita butuh Rp60 miliar karena ini dari dasar kita harus melakukan perbaikan," kata Budi Karya di kantor Kemenhub, Jakarta, Rabu (3/10/2018).
Budi Karya menjabarkan, runway bandara yang saat ini baru bisa dioperasionalkan hanya sepanjang 2.000 meter. Namun, pihaknya menjanjikan pada dua pekan berikutnya 250 meter runway sudah rampung diperbaiki dan dapat digunakan.
"Bandara Mutiara itu ada dua sisi di mana di sisi 33 yang efektif saat ini 2.000 meter. Di sisi 15 ada 250 meter yang sedang konstruksi yang insya Allah kita selesaikan dalam dua minggu ini," ucapnya.
Untuk terminal, dia menyebut, kerusakannya cukup berat, seperti plafon yang runtuh dan kaca yang pecah. Perbaikan terminal sendiri ditargetkan bisa rampung dalam waktu tiga sampai empat bulan dengan kebutuhan dana sekitar Rp20 miliar. “Nanti ada konstruksi berkaitan dengan terminal, mungkin (butuh dana) sekitar Rp10-20 miliar," kata Budi Karya.
Sementara itu, Direktur Bandar Udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhu Polana Banguningsih Pramesti menjelaskan, kondisi terminal Bandara Mutiara memang mengalami kerusakan cukup parah akibat adanya pergerakan tanah.
"Sedangkan terminal ada kerusakan cukup signifikan karena ada pergerakan tanah. Saat ini kami akan dibantu oleh Dirjen Cipta Karya untuk melakukan assesmen bangunan. Ini mungkin yang akan memakan waktu lama tiga sampai empat bulan mudah-mudahan bisa segera diselesaikan," ucapnya.
Namun, untuk saat ini pelayanan operasional tetap dapat dilaksanakan dengan menggunakan fasilitas sementara yang dianggap aman. Pasalnya, pelayanan seperti reject in, ruang tempuh, sampai kedatangan pun bisa tetap dilaksanakan meski sifatnya temporer.
"Kami juga akan melakukan rekonstruksi membangun tower baru. Dan sementara dalam masa pembangunan, akan ada perubahan tower untuk melayani navigasi penerbangan," ujarnya.
Editor: Ranto Rajagukguk