Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Thailand Pertimbangkan Blokir Ekspor Bahan Bakar ke Kamboja Imbas Konflik Perbatasan Meningkat
Advertisement . Scroll to see content

Neraca Dagang RI Tembus 3,26 Miliar Dolar AS, Surplus 53 Bulan Berturut-turut

Selasa, 15 Oktober 2024 - 13:58:00 WIB
Neraca Dagang RI Tembus 3,26 Miliar Dolar AS, Surplus 53 Bulan Berturut-turut
Plt kepala BPS Amalia A Widyasanti. (Foto: Atikah Umiyani)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada September 2024 surplus sebesar 3,26 miliar dolar AS. Capaian ini naik 0,48 miliar dolar AS dibandingkan bulan lalu.

Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menuturkan, neraca perdagangan Indonesia surplus selama 53 bulan berturut-turut, sejak Mei 2020.

"Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 53 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," kata Amalia dalam konferensi pers BPS, Selasa (15/10/2024).

Meski neraca perdagangan surplus pada bulan ini, BPS mencatat nilainya lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Surplus neraca perdagangan ditopang oleh komoditas non-migas sebesar 4,62 miliar dolar AS dengan komoditas yang memberi kontribusi utama diantaranya bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewani atau nabati, serta besi dan baja.

Sedangkan, komoditas migas Indonesia mencatatkan defisit sebesar 1,36 miliar dolar AS. Defisit ini disumbang oleh komoditas hasil minyak dan minyak mentah.

Adapun nilai ekspor September tahun ini mencapai 22,08 miliar atau turun 5,80 persen. Sementara impor menyentuh 18,82 miliar dolar AS, turun 8,91 persen dari Agustus 2024.

Amalia menjelaskan, pada september 2024 perubahan harga komoditas di pasar internasional bervariasi, peningkatan harga bulanan terjadi pada komoditas pertanian, logam mineral, dan logam mulia.

Sementara, harga komoditas energi mengalami penurunan karena penurunan harga minyak mentah.

“Pada September 2024, PMA manufaktur di beberapa negara mitra dagang utama menunjukan kelemahan. Sementara itu di India PMA masih berada di zona ekspansif,” katanya. 

Editor: Aditya Pratama

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut