Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Seskab Teddy Tegaskan Akurasi Data Jadi Fondasi Kebijakan Presiden Prabowo
Advertisement . Scroll to see content

Perdagangan ke AS Masih Surplus, BPS Pastikan GSP Belum Beri Dampak

Senin, 16 Juli 2018 - 17:53:00 WIB
Perdagangan ke AS Masih Surplus, BPS Pastikan GSP Belum Beri Dampak
Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto. (Foto: iNews.id/Isna Rifka)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor Indonesia ke Amerika Serikat (AS) pada Juni 2018 masih surplus 5,59 juta dolar AS. Padahal, AS berencana untuk mencabut fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) atau Sistem Preferensi Umum untuk Indonesia.

Jika hal tersebut terjadi maka seharusnya akan membebani nilai ekspor Indonesia. Pasalnya, pada Januari-Juni 2018 ekspor ke negara adidaya ini berkontribusi 10,78 persen pada total ekspor sebesar 88,02 miliar dolar AS.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, berdasarkan perolehan data tersebut sepertinya rencana AS belum memberikan dampak pada nilai ekspor Indonesia. Sebab, nyatanya nilai ekspor Indonesia masih tercatat surplus terhadap AS.

"Neraca perdagangan untuk AS masih surplus selama ini. Surplus ini yang membuat presidennya agak ngambek dengan kita sepeti dia dengan China kayaknya kalau orang liat bisnis itu tidak boleh dilihat untungnya," ujarnya di konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (16/7/2018).

Pada semester I 2018, ekspor Indonesia masih surplus terhadap AS mencapai 4,1 juta dolar AS. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada 2017, surplus perdagangan mengalami penurunan dari 4,7 juta dolar AS.

"Tapi ancaman-ancamannya belum terlini, jadi sekarang masih surplus," kata pria yang akrab disapa Kecuk ini.

Perlu diketahui, selama ini AS telah memberikan fasilitas GSP untuk Indonesia, yaitu kebijakan perdagangan suatu negara yang memberi manfaat pemotongan bea masuk impor terhadap produk ekspor. Dengan adanya fasilitas GSP, Indonesia bisa mengekspor barang ke AS dengan bea masuk yang rendah.

Dengan demikian, jika fasilitas tersebut dicabut maka produk ekspor dari Indonesia bisa terkena biaya yang lebih tinggi hingga 25 persen dari saat ini. Hal tersebut akan berdampak pada tingkat ekspor yang diprediksi dapat turun hingga 40 persen.

Untuk itu, pemerintah mempersiapkan pertemuan dengan AS nanti dengan melakukan beberapa rapat untuk mematangkan bahan yang akan dipaparkan agar bisa meyakinkan AS untuk membatalkan rencananya.

"Mudahan-mudahan negosiasi yang dilakukan pemerintah yang sedang berlangsung tidak seburuk yang kita bayangkan tapi saat ini belum ada dampaknya," tuturnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut