Pertumbuhan Ekonomi Tembus 7,07 Persen, Banggar DPR: Sudah di Jalur yang Tepat
JAKARTA, iNews.id - Badan Anggaran (Banggar) DPR menilai pertumbuhan ekonomi Indonesi sudah berada pada jalur yang tepat dan momentum pemulihannya harus tetap dipertahan.
Pernyataan itu, disampaikan Wakil ketua Banggar DPR, Muhidin M. Said, terkait laporan Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia yang menembus angka 8,07 persen di kuartal II 2021.
"Kita patut bersyukur atas upaya pemulihan ekonomi terus menunjukkan perbaikan. Kita perlu menjaga momentum ini, karena kondisi perekonomian nasional sudah berada pada jalur pemulihan ekonomi yang tepat," ujar Muhidin, dalam keterangan pers yang diterima iNews.id, Kamis (8/5/2021).
Menurut dia, pencapaian ini menempatkan Indonesia keluar dari fase resesi ekonomi yang sudah berlangsung selama empat triwulan berturut-turut, dimana perekonomian Indonesia mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif (negative growth) akibat tekanan pandemi Covid-19.
Pulihnya kepercayaan publik terhadap perekonomian nasional tidak bisa dilepaskan dari gencarnya program vaksinasi secara nasional dan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2021 yang kita lakukan dalam beberapa waktu terakhir.
Muhidin mengungkapkan, walau sempat diliputi kekhawatiran meningkatnya serangan Covid-19 pada awal tahun 2021, adanya kebijakan pelarangan mudik dan pengetatan perjalanan pasca lebaran 18-24 Mei 2021, trend perekonomian nasional menunjukkan arah membaik pada kuartal I 2021 sebesar -0,74 persen.
Beberapa indikator penting seperti konsumsi, manufaktur, dan aktivitas perdagangan internasional, terus menunjukkan kinerja membaik. Begitu pula dengan Perekonomian global berangsur pulih seiring peningkatan perdagangan dan manufaktur global serta tren kenaikan harga komoditas dunia.
"Usaha yang dilakukan Pemerintah untuk menjaga momentum pemulihan dan perbaikan ekonomi mendapatkan hasil yang baik," kata Muhidin.
Hal itu, lanjutnya, terjadi pada semua lapangan usaha, dimana yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah Transportasi dan Pergudangan sebesar 25,10 persen, disusul Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 21,58 persen. Sementara itu, Industri Pengolahan yang memiliki peran dominan juga mengalami pertumbuhan sebesar 6,58 persen.
Muhidin menilai, terus membaiknya pertumbuhan ekonomi berdasarkan lapangan usaha menunjukkan sektor transportasi dan industri mulai menunjukkan perbaikan yang signifikan. Perekonomian sudah mulai pulih sehingga menyebabkan permintaan terhadap barang dan jasa mengalami peningkatan.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi menurut pengeluaran pada kuartal II2021 terhadap kuartal II-2020 (yoy) menunjukkan pertumbuhan tertinggi terjadi pada Komponen Ekspor Barang dan Jasa yang tumbuh sebesar 31,78 persen. diikuti oleh Komponen Belanja Pemerintah dan Pembentukan Modal Bruto atau investasi yang masing-masing tumbuh sebesar 8,06 persen dan 7,54 persen. Sementara itu, Komponen Impor Barang dan Jasa tumbuh sebesar 31,22 persen. Sedangkan konsumsi tumbuh pada angka 5,93 persen.
Berdasarkan pengeluaran, kinerja ekspor dan belanja Pemerintah menjadi motor pertumbuhan, ini sejalan dengan perbaikan sektor industri dan berjalan efektifnya program perlindungan sosial bagi masyarakat, terutama untuk menjaga daya beli dan konsumsi masyarakat. Sehingga pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga menunjukkan pertumbuhan yang stabil pada angka 5,93 persen (yoy).
"Kita sambut membaiknya kinerja ekspor nasional, sehingga menggairahkan kembali industry nasional. Selain itu, pulihnya sektor UMKM juga menjadi salah satu pendorong mulai membaiknya perekonomian nasional," tutur Muhidin.
Meski demikian, Muhidin memperingatkan agar semua pihak tidak lengah, karena masih tingginya penyebaran Covid 19 serta kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang diperpanjang hingga 9 Agustus 2021. Hal ini, tentu akan memberikan dampak terhadap kinerja perekonomian dan pelaksanaan APBN pada triwulan III dan IV 2021.
Dia memaparkan, pemulihan kehidupan masyarakat akan sangat tergantung dari disiplin dan konsistensi seluruh komponen Bangsa. "Akselerasi pemulihan ekonomi nasional akan sangat tergantung dari keberhasilan kebijakan antisipatif penanganan pandemi Covid-19 dalam menjaga momentum pemulihan," ujar Muhidin.
Selain itu, lanjutya, pemerintah Indonesia juga perlu terus mewaspadai dinamika kondisi moneter di Amerika Serikat, yaitu kebijakan Tapering off dan kenaikan suku bunga acuan The Fed yang berpotensi menimbulkan dampak ikutan bagi perekonomian nasional, khususnya terhadap nilai tukar Rupiah dan suku bunga SBN.
Sampai dengan awal Agustus 2021 nilai tukar rupiah stabil pada kisaran angka Rp14.300 per dolar Amerika Serikat. Oleh sebab itu, Bank Indonesia perlu terus mengantisipasi kebijakan The Fed tersebut dengan cepat dan tepat untuk melindungi nilai tukar rupiah dan stabilitas moneter dalam negeri.
Editor: Jeanny Aipassa