Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Rosan Beri Bocoran Kapan RI Gabung OECD 
Advertisement . Scroll to see content

Presiden Bank Dunia Sebut Konflik Geopolitik Jadi Ancaman Terbesar Ekonomi Global

Rabu, 25 Oktober 2023 - 06:30:00 WIB
Presiden Bank Dunia Sebut Konflik Geopolitik Jadi Ancaman Terbesar Ekonomi Global
Presiden Bank Dunia Ajay Banga menyebut, ketegangan geopolitik yang meningkat akibat konflik Timur Tengah merupakan ancaman terbesar bagi perekonomian global. (Foto: Reuters)
Advertisement . Scroll to see content

RIYADH, iNews.id - Presiden Bank Dunia Ajay Banga menyebut, ketegangan geopolitik yang meningkat akibat konflik Timur Tengah merupakan ancaman terbesar bagi perekonomian global saat ini. Meski begitu, menurutnya terdapat risiko-risiko lain yang juga turut berperan.

Banga mengambil contoh pada kenaikan benchmark obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS), di mana menurutnya biaya pinjaman di seluruh dunia yang selanjutnya mengancam perlambatan ekonomi.

"(Imbal hasil) Treasury AS bertenor 10-tahun baru saja melampaui 5 persen kemarin, ini adalah area yang belum kita lihat. Jadi ya, itu masih tersembunyi di balik bayang-bayang," ujar Banga dalam acara tahunan Future Investment Initiative (FII) di Riyadh, Arab Saudi dikutip, Rabu (25/10/2023).

"Lalu, berapa lama lagi pandemi berikutnya akan terjadi?" tuturnya.

Banga menuturkan, banyak hal yang terjadi di dunia dan geopolitik dalam perang Israel-Hamas di Gaza, yang pada akhirnya berdampak terhadap perekonomian.

“Ada begitu banyak hal yang terjadi di dunia dan geopolitik dalam peperangan yang Anda lihat dan apa yang baru saja terjadi di Israel dan Gaza. Pada akhirnya, ketika Anda menggabungkan semua ini, saya pikir dampaknya terhadap perekonomian pembangunannya bahkan lebih serius lagi,” ucapnya.

Dia menyebut, meskipun segala sesuatu di negara maju terlihat lebih baik dari yang diperkirakan beberapa waktu lalu, dia berpendapat bahwa dunia saat ini berada pada titik yang sangat berbahaya. Dia mengatakan, investasi sektor swasta diperlukan di negara-negara berkembang, namun risiko politik di beberapa negara tersebut masih menjadi hambatan.

"Jadi saya akan sangat berhati-hati untuk terpaku pada satu hal dan mengabaikan yang lain saat ini," katanya.

“Satu triliun dolar diperlukan hanya untuk energi terbarukan di pasar negara berkembang. Uang di kas pemerintah atau bahkan di bank pembangunan multilateral tidak cukup, kita perlu melibatkan sektor swasta dengan modal mereka. Itu adalah tugas terbesar yang ada di depan kita," ujarnya.

Editor: Aditya Pratama

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut