Soal Paket Kebijakan Ekonomi, Indef Harap Koordinasi Daerah Diperbaiki
JAKARTA, iNews.id – Pasangan calon presiden Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin unggul dalam hitung cepat (quick count) mayoritas lembaga survei. Jokowi merupakan calon presiden (capres) petahana yang kini masih memerintah dan telah menggulirkan sejumlah paket kebijakan untuk mengerek pertumbuhan ekonomi.
Selama era pemerintahannya, Jokowi telah melahirkan 16 paket kebijakan ekonomi (PKE). Namun, apakah semuanya sudah efektif dan perlukah PKE lainnya diterbitkan?
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, 16 PKE tersebut sudah menjawab semua persoalan ekonomi nasional. Namun, efektivitasnya masih terhambat oleh oleh ego sektoral di antara instansi pemerintahan.
"Jadi hampir semua di 16 paket kebijakan itu menjawab persoalan hanya saja masih ada tumpang tindih kepentingan daerah karena bagaimanapun juga ini adalah otonomi daerah, jadi koordinasi antara pemerintah pusat dan pemda juga penting untuk implementasikan 16 paket kebijakan itu," ujarnya kepada iNews.id, Sabtu (20/4/2019).
Oleh karena itu, menurut dia, bila tidak terpilih nanti tidak perlu membuat PKE yang baru. Pasalnya, 16 PKE yang ada sudah menjawab semua permasalan.
"Jadi kalau bikin kebijakan lagi, menurut saya sih tidak usahlah ya. Menurut saya, dengan paket kebijakan yang ada hanya perlu disempurnakan saja dan dipertajam implementasinya," ucapnya.
Justru jika menerbitkan PKE yang baru dapat menimbulkan apatisme dari pelaku usaha. Padahal, PKE diterbitkan untuk menstimulus usaha nasional sehingga menarik investasi.
"Jadi sekedar market signal aja, mau naikin rupiah jangka pendek bikin paket kebijakan. Namun setelah itu tidak ada kabarnya," kata dia.
Selain itu, pemerintah yang hanya menderegulasi kebijakan dengan membuat PKE baru justru tidak efektif dan membuat bingung pelaku usaha serta investor
"Paket kebijakan yang terlalu banyak justru jadi aneh. Menurut saya sih tidak (perlu membuat PKE baru), dikit tapi efektif gitu," tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk