Sri Mulyani Ungkap Ancaman Baru dalam Pemulihan Ekonomi Indonesia
JAKARTA, iNews.id - Ekonomi Indonesia menunjukkan tanda-tanda pemulihan di tengah upaya mengatasi kasus Covid-19 di dalam negeri. Namun, menurut Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani, ada ancaman baru bagi pemulihan ekonomi nasional.
Dia mengatakan bahwa ancaman tersebut adalah kasus Covid-19 yang melonjak di India. Kondisi yang tidak teratasi di negeri itu bisa menyebabkan ketidakpastian ekonomi ke berbagai negara, termasuk Indonesia.
"Kasus Covid-19 di India menimbulkan ketidakpastian lagi," katanya, Kamis (20/5/2021).
Bahkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) nilai ekspor Indonesia ke India pada April tahun ini mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya imbas dari melonjaknya kasus Covid-19 di negara tersebut.
Selain itu, proyeksi kenaikan inflasi di Amerika Serikat juga berpotensi mengancam momentum pemulihan ekonomi di negeri Paman Sam jika diikuti dengan pengetatan kebijakan moneter oleh The Fed. Kondisi ini pun akan memberi imbas pada arus modal secara global.
"Ini dapat menciptakan efek rambatan (spillover), volatilitas dan ketidakpastian di sektor keuangan, serta dinamika arus modal global seperti saat terjadinya taper tantrum," ujarnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, sebenarnya pasar keuangan global sudah mulai stabil, yang terlihat dari turunnya indeks volatilitas di pasar saham dan pasar obligasi global.
Aliran modal ke negara berkembang juga terus menunjukkan tren positif. Bahkan, program vaksinasi juga mengalami kemajuan yang signifikan.
"Indonesia termasuk negara yang cepat dalam memastikan supply vaksin yang memadai untuk mencapai target herd immunity. Hingga pertengahan Mei, lebih dari 22 juta dosis vaksin telah diberikan pada masyarakat Indonesia," katanya.
Karena itu, percepatan pelaksanaan vaksinasi akan terus dilakukan oleh pemerintah demi mendorong pemulihan ekonomi dalam negeri.
"Pemerintah melakukan langkah pengendalian Covid-19 skala mikro dengan memobilisasi seluruh elemen pemerintahan hingga ke tingkat desa," ujarnya.
Editor: Jujuk Ernawati