Suku Bunga Acuan AS Terus Naik, Ini Strategi Sri Mulyani
JAKARTA, iNews.id - Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), baru saja menaikkan suku bunga acuannya (Fed Funds Rate/FFR) sebanyak 25 basis poin menjadi 2,25 persen. Dengan demikian, selama 2018 FFR sudah naik sebanyak tiga kali pada Maret dan Juni lalu.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berpendapat, Bank Indonesia (BI) selaku otoritas moneter akan merespons kenaikan tersebut agar dampak FFR tak berpengaruh besar ke ekonomi nasional.
"BI independen, jadi BI sudah tahu apa yang harus dilakukan," kata Sri Mulyani saat ditemui di Hotel Raffles, Jakarta, Kamis (27/9/2018).
Sementara dari sisi pemerintah, pihaknya akan menjaga fundamental perekonomian Indonesia agar tetap stabil dan kokoh. Bahkan, rencana The Fed yang menaikkan lagi suku bunganya pada tahun depan sebanyak dua kali, sudah diantisipasi pemerintah.
"Oleh karena itu, dari sisi eksternal balance pemerintah akan terus mem-balance antara yang disebut current account deficit dengan capital account sehingga kegiatan naik turunnya nilai tukar maupun dari sisi cadangan defisa bisa tetap terjaga dari stabilitas untuk tetap menjaga stabilitas ke depan," ujarnya.
Bendahara keuangan negara ini juga berupaya bersama BI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menjaga agar perubahan suku bunga The Fed tidak menimbulkan gejolak yang akan mengganggu stabilitas.
"BI, Menko Perekonomian, dan OJK terus melakukan perbaikan koalisi komunikasi," ujarnya.
Selain itu, dia juga meyakinkan bahwa perekonomian Indonesia akan tetap stabil meski adanya normalisasi kebijakan moneter AS berpengaruh secara global dan menekan negara-negara emerging market, termasuk Indonesia
"Kalau perubahan di luar perekonomian kita itu bukan kita yang mengontrol, itu Federal Reserve. Tapi, perekonomian Indonesia cukup fleksibel dan lentur, dan cukup memiliki daya tahan atas perubahan itu tanpa harus menyebabkan seluruh kegiatan ekonomi mengalami perubahan sangat drastis," tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk