Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Jasa Marga Beri Diskon Tarif Tol 20 Persen saat Nataru, Berikut Daftarnya 
Advertisement . Scroll to see content

Waspada, Pertumbuhan Ekonomi yang Melemah Diprediksi Berlanjut Hingga Akhir Tahun

Selasa, 07 November 2023 - 12:42:00 WIB
Waspada, Pertumbuhan Ekonomi yang Melemah Diprediksi Berlanjut Hingga Akhir Tahun
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios),Bhima Yudhistira. (Foto: dok. pri).
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melemah di kuartal III 2023 diprediksi berlanjut hingga akhir tahun ini. Hal itu, antara lain dipicu oleh pelemahan konsumsi masyarakat

Pada kuartal III 2023 mencapai 4,94 persen secara year-on-year (yoy), menurun dari angka 5,17 persen pada kuartal II 2023. Pelemahan pertumbuhan ekonomi di kuartal III 2023 tersebut juga merupakan yang pertama kali sejak 7 kuartal terakhir atau awal 2021. 

Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, menilai melemahnya pertumbuhan ekonomi pada kuarta III 2023 harus diwaspadai, karena berpotensi terus berlanjut di kuartal IV 2023. Hal itu, dipicu konsumsi masyarakat yang menurun akibat harga kebutuhan pangan yang melonjak dan membebani ekonomi masyarakat menengah ke bawah. 

Selain harga kebutuhan pokok terutama dari komoditas pangan yang melonjak, pemicu melemahnya pertumbuhan ekonomi juga  dipengaruhi semakin ketatnya persaingan kerja dan kenaikan suku bunga.

"Sementara kelompok atas menahan belanja karena tahun pemilu, dan mempertimbangkan risiko geopolitik. Simpanan diatas Rp5 miliar naik dan makin gemuk itu pertanda banyak saving daripada belanja," kata Bhima saat dihubungi iNews.id, Selasa (7/11/2023). 

Dengan kondisi tersebut, Bima mengatakan tren perlambatan ekonomi masih mungkin terjadi di kuartal ke IV yakni hanya tumbuh 4,8 persen smapai 4,97 persen meski ada libur panjang natal tahun baru.

Kemudian, Ia juga menyebutkan bahwa kinerja ekspor yang alami kontraksi diperkirakan berlanjut juga. Hal ini lantaran perkembangan negara mitra dagang tradisional seperti China, Jepang, AS dan Uni Eropa belum rebound sepenuhnya. 

"Impor yang turun bukan berita baik, karena impor bahan baku masih diperlukan oleh industri manufaktur domestik. Kalau impornya terus turun maka jadi lampu kuning, industri manufaktur diluar dari hilirisasi nikel akan tertekan jangka menengah," ungkap Bhima. 

Sebelumya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan terdapat Faktor utama penurunan ini, yaitu perlambatan ekonomi global. Meski demikian, beberapa mitra dagang utama Indonesia tetap mencatat pertumbuhan positif, walaupun dalam skala yang lebih lambat.

Secara rinci, PDB Indonesia berdasarkan harga berlaku mencapai Rp5.296 triliun, sedangkan pada harga konstan mencapai Rp3.124,9 triliun. Sektor-sektor unggulan dalam perekonomian Indonesia, seperti industri pengolahan (5,20 persen), pertanian (1,46 persen), perdagangan (5,08 persen), pertambangan (6,95 persen), dan konstruksi, tetap tumbuh.

Editor: Jeanny Aipassa

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut