Niat Sholat Awwabin Lengkap dengan Doa serta Keutamaannya
JAKARTA, iNews.id - Sholat Awwabin merupakan salah satu sholat sunnah yang memiliki keutamaan besar. Sebagian ulama mengatakan sholat awwabin merupakan sholat sunnah yang dilaksanakan antara sholat maghrib dan isya.
Sebagian ulama lainnya mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang gemar mengerjakan sholat duha.
Hal ini sesuai pemahaman sejumlah sahabat mengenai sholat sunnah antara Maghrib dan Isya yang tertuang dalam Alquran.
تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
Artinya: Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedangkan mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (QS. As-Sajdah: 16)
Diriwayatkan dari Anas, Ikrimah, Muhammad ibnul Munkadir, Abu Hazim, dan Qatadah, bahwa yang dimaksud ayat tersebut ialah menunggu di antara dua salat Isya (Magrib dan Isya). Diriwayatkan dari Anas pula bahwa makna yang dimaksud ialah menunggu kedatangan waktu salat Isya. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dengan sanad yang jayyid (baik).
Niat dan Tata Cara Sholat Awwabin
Di antara beberapa sholat sunah yang tidak disunahkan berjama'ah dikutip dari laman Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah KTB (PISS-KTB) adalah "sholat awwaabiin" yaitu sholat yang waktu pengerjaannya di antara maghrib dan 'isya yang berjumlah 20 rokaat . Terdapat beberapa qoul mengenai jumlah sholat ini yakni dalam riwayat lain berjumlah 6 (enam) rokaat, ada juga empat rokaat, dan ada juga yang menyebut dua rokaat.
Ini adalah jumlah rokaat minimal dan bisa terlaksana sebab melakukan sholat qodlo, ada', ataupun sholat sunnah sebagaimana sholat tahiyyatul masjid, berbeda dengan perdapat / fatwa syaikh Ibnu Hajar dalam kitab fatawinya, sedang waktu yang paling utama dalam pelaksanaan sholat awwaabiin adalah setelah dzikir ba'da maghrib. (Kitab Fathul Mu'in Hamsy i'anah ath-tholibin 1 : 258 -259).
Bacaan Niat Sholat Awwabin:
اُصَلِّى سُنَّةً الأَوَّابِينَ رَكَعَتَيْنِ ِللهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatal awwabiina rak'ataini lillahi ta'aalaa.
Artinya : "Aku niat shalat sunah awwabin dua rakaat karena Allah ta'ala".
Setelah membaca takbir dan Surat Al fatikhah, di rokaat pertama dianjurkan membaca Surat Al Ikhlas. Sedangkan di rakaat kedua membaca Surat Al Falaq dan Surat An Nas setelah membaca Al Fatihah.
ﻭﻗﺎﻝ ﻓﻰ ﺍﻟﻤﺴﻠﻚ ﻓﺈﺫﺍ ﺳﻠﻢ ﺭﻓﻊ ﻳﺪﻳﻪ ﻭﻗﺎﻝ ﺑﺤﻀﻮﺭ ﻗﻠﺐﺍﻟﻠﻬﻢ ﺇﻧﻲ ﺃﺳﺘﻮﺩﻋﻚ ﺇﻳﻤﺎﻧﻲ ﻓﻰ ﺣﻴﺎﺗﻲ ﻭﻋﻨﺪ ﻣﻤﺎﺗﻲ ﻭﺑﻌﺪﻣﻤﺎﺗﻲ ﻓﺎﺣﻔﻈﻪ ﻋﻠﻲ ﺇﻧﻚ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﺷﻲ ﻗﺪﻳﺮ # ﺍﻩ ﺇﻋﺎﻧﺔ ﺍﻟﻄﺎﻟﺒﻴﻦ ﺍﻟﺠﺰﺀ ﺍﻷﻭﻝ ﺻﺤﻴﻔﺔ 258 - 259
Di dalam kitab Al-masalik disebutkan setelah salam berdo'a dengan sepenuh hati "Allaahumma inniastawdi'uka iimaanii fi hayaatii fii hayaatii wa'indamamaatii waba'da mamaatii fahfadh-hu 'alayyainnaka 'alaa kulli syay-in qodiir" 3 X.
(Kitab I'anah Ath-tholibin 1 : 258 - 259, maktabah thoha putera semarang ).
Adapun keutamaan menjalankan sholat awwabin yakni dijaga imannya oleh Allah SWT.
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻔﺸﻨﻰ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻰ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﺃﺣﺐﺃﻥ ﻳﺤﻔﻆ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻳﻤﺎﻧﻪ ﻓﻠﻴﺼﻞ ﺭﻛﻌﺘﻴﻦ ﺑﻌﺪ ﺳﻨﺔ ﺍﻟﻤﻐﺮﺏ ﻳﻘﺮﺃ ﻓﻰ ﻛﻞ ﺭﻛﻌﺔ ﻓﺎﺗﺤﺔ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭﻗﻞ ﻫﻮ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﺣﺪ ﺳﺖ ﻣﺮﺍﺕﻭﺍﻟﻤﻌﻮﺫﺗﻴﻦ ﻣﺮﺓ ﻣﺮﺓ ﺍﻩ
Imam Al-fasyani berkata Nabi shollalloohu'alaihi wasallam bersabda : "Barangsiapa ingin Allah selalu menjaga imannya maka hendaklah ia sholat 2 (dua) rokaat setelah sholat sunnah maghrib, setelah al-fatihah membaca surat Al-ikhlash 6X dan surat Al-mu'awwidzatain(Al-falaq dan Annas) masing masing 1X.
Dalam hadits lain disebutkan:
مَنْ صَلَّى سِتَّ رَكَعَاتٍ بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ كَتَبَ اللهُ لَهُ عِبَادَةَ اثْنَتَيْ عَشَرَةَ سَنَةً
Artinya: "Barang siapa yang melaksanakan shalat Awwabin enam rakaat maka Allah catat baginya pahala ibadah dua belas tahun." (HR Tirmidzi).
Makna Awwabin
Qatadah mengatakan bahwa makna awwabin ialah orang-orang yang taat, ahli salat.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa makna yang dimaksud ialah orang-orang yang selalu bertasbih. Dan menurut riwayat lainnya, dari Ibnu Abbas, orang-orang yang taat lagi berbuat baik.
Allah SWT berfirman:
رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَا فِي نُفُوسِكُمْ إِنْ تَكُونُوا صَالِحِينَ فَإِنَّهُ كَانَ لِلأوَّابِينَ غَفُورًا
Artinya: Tuhan kalian lebih mengetahui apa yang ada dalam hati kalian; jika kalian orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertobat". (QS. Al isra: 25)
Ibnu Katsir menjelaskan Syu'bah telah meriwayatkan dari Yahya ibnu Sa'id, dari Sa'id ibnul Musayyab sehubungan dengan firman-Nya: maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertobat. (Al-Isra: 25) Yakni orang-orang yang mengerjakan dosa, lalu bertobat, kemudian mengerjakan dosa lagi dan bertobat pula sesudahnya.
Ata ibnu Yasar dan Sa'id ibnu Jubair serta Mujahid mengatakan, mereka adalah orang-orang yang kembali mengerjakan kebaikan.
Mujahid telah meriwayatkan dari Ubaid ibnu Umair sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa makna yang dimaksud ialah seseorang yang bila mengingat dosa-dosanya di tempat yang sepi, maka ia memohon ampun kepada Allah dari dosa-dosanya. Mujahid berpendapat sama dengan pendapat ini.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Maslamah dari Amr ibnu Dinar, dari Ubaid ibnu Umar sehubungan dengan firman-Nya: Maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertobat (Al-Isra: 25) Ia beranggapan bahwa al-awwab artinya orang-orang yang memelihara dirinya (dari perbuatan dosa) lagi selalu mengatakan, "Ya Allah, berikanlah ampunan kepadaku atas dosa yang aku lakukan di majelisku ini."
Ibnu Jarir mengatakan bahwa pendapat yang paling utama sehubungan dengan makna ayat ini ialah pendapat orang yang mengatakan bahwa al-awwab ialah orang yang bertobat dari dosanya, lagi meninggalkan perbuatan maksiat dan kembali mengerjakan ketaatan, dan meninggalkan semua yang dibenci oleh Allah, lalu mengerjakan apa yang disukai dan diridai-Nya.
Di dalam hadis sahih dari Rasulullah Saw disebutkan bahwa Rasulullah Saw. apabila kembali dari perjalannya selalu mengucapkan doa berikut:
آيِبُونَ تَائِبُونَ عَابِدُونَ، لِرَبِّنَا حَامِدُونَ"
Kami kembali dengan selamat seraya bertobat lagi menyembah-(Nya) dan hanya kepada Tuhanlah kami memuji.
Wallaahu a'lamu bis showaab.
Editor : Kastolani Marzuki