JAKARTA, iNews.id - (kiri-kanan) Chief Economist Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat, Komisaris Independen PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Komaruddin Hidayat, Direktur Utama BSI Hery Gunardi, Komisaris Utama PT Bank Mandiri (persero) Tbk Chatib Basri dan Komisaris Utama BSI Adiwarman Azwar Karim (paling kanan) berbincang di sela ajang BSI Global Islamic Finance Summit 2023 di Jakarta, Kamis (16/2/2023).
BSI disebut memiliki peluang besar untuk terus tumbuh di tengah ketidakpastian akibat beratnya tantangan ekonomi pada 2023. Sebab, perseroan memiliki keunggulan yang tidak dimiliki bank lain yaitu rendahnya biaya dana atau cost of fund (CoF) dan segmentasi pasar yang sangat besar.
Ekonom Muhammad Chatib Basri dalam acara BSI Wealth Insight: Creating Values in Times of Uncertainty mengatakan perbankan syariah dalam negeri saat ini memiliki penetrasi pasar yang masih kecil, yakni sekitar 6% di industri perbankan. Padahal Indonesia memiliki jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, sehingga hal ini merupakan peluang pasar yang masih sangat luas.
Dari sisi kinerja, jumlah kelolaan dana pihak ketiga mengalami pertumbuhan positif. BSI mencatat perolehan DPK BSI mencapai Rp 261,49 triliun, yang didominasi oleh tabungan wadiah mencapai Rp 44,21 triliun dan berada di peringkat ke 5 tabungan secara nasional dengan jumlah nasabah BSI mencapai 17,78 juta orang. Pencapaian ini memberikan pengaruh positif terhadap rasio Cost of Fund (CoF) yang kian menurun sejak tahun 2021 hingga per Desember 2022 di level 1,62%.
“Ketidakpastian ekonomi di 2023 juga memiliki implikasi pada perbankan. Siapa yang bisa menjaga cost of fund lebih murah akan lebih dilirik sekarang, di sini peluang perbankan syariah. Potensinya jumlah penduduk muslim terbesar, tapi penetrasi pasar perbankan syariah masih kecil, growth kita masih 6 persen. Jadi ada celah yang sangat besar untuk tumbuh,” kata Menteri Keuangan RI periode 2013-2014 tersebut.
Editor: Yudistiro Pranoto