JAKARTA, iNews.id - Perekonomian nasional kerap dihadapkan pada ketidakpastian global. Namun, selama pemerintah mampu menjaga permintaan domestik, optimisme pertumbuhan ekonomi tetap terbuka. Hal ini disampaikan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa dalam acara LPS Financial Literacy di Medan, Rabu (20/8).
Menurut Purbaya, Indonesia berulang kali berhasil melewati krisis global berkat penerapan “lokal wisdom” atau kearifan lokal dalam kebijakan ekonomi, konsep yang pernah diperkenalkan Prof. Soemitro Djojohadikusumo pada 1943. “Jurus local wisdom itu bahkan sudah diperkenalkan jauh sebelum Indonesia merdeka,” ujar Purbaya.
Jurus lokal wisdom ala Soemitronomics, menekankan trilogi pembangunan: pertumbuhan tinggi, pemerataan manfaat, dan stabilitas nasional yang dinamis, dengan perhatian khusus pada stabilitas perbankan. Pendekatan ini terbukti efektif, misalnya saat krisis 2008 akibat subprime mortgage dan pandemi Covid-19. “Respon kebijakan ekonomi 2008 tepat karena aktivitas tetap jalan, ditopang ketersediaan likuiditas melalui uang beredar yang tumbuh,” jelasnya.
Sebaliknya, pada krisis 1997–1998, kebijakan ekonomi justru membingungkan dengan suku bunga melonjak hingga 60 persen dan uang beredar tumbuh di atas 100 persen, sehingga memperburuk serangan spekulatif terhadap rupiah. “Kebijakan yang membingungkan itu memberi bahan bakar menyerang rupiah kita,” tegas Purbaya.
Ia menekankan pentingnya memanfaatkan potensi dalam negeri. “Kita sudah punya modal besar, tinggal dikelola dengan baik. Fokus pada diri sendiri dengan menjaga domestic demand,” katanya.
Purbaya menilai target pertumbuhan ekonomi 2026 sebesar 5,4 persen sangat realistis, terutama bila didukung pertumbuhan dari daerah. “Ekonomi dari pasar, sawah, dan UMKM adalah penopang ekonomi nasional,” ujarnya. Ia menambahkan, ekonomi Sumatera Utara relatif lebih kuat karena bertumpu pada perkebunan dan pariwisata yang padat karya serta menyerap banyak tenaga kerja.
Editor: Yudistiro Pranoto