JAKARTA, iNews.id - Keterbatasan Fisik dalam hal ini bertubuh mini bukan alasan untuk tidak mencari penghidupan yang layak dan halal, mereka dapat mengalahkan diskriminasi dalam hal pekerjaan yang dihadapi dalam keseharian. Semangat dan keteguhan Dade '36' dan Asep '24' yang berprofesi sebagai Doorboy di Resinda Hotel Karawang, Reva '30' berprofesi sebagai Driver Ojek Online di Jakarta, Adilan '23' sebagai Seniman di Bandung dan Uci '40' Berdagang asongan di Bekasi bisa dijadikan contoh bagi yang lainnya, bertubuh kecil tetapi tidak menjadikan mereka terkucilkan di dunia yang besar ini.
Melihat Dade Jubaedi Pria kelahiran Karawang 1982 ini Bekerja di hotel Resinda sejak tahun 2015. Memulai pekerjaannya sejak pagi atau sore hari Dade bekerja selama 8 Jam setiap harinya mulai dari sebagai Doorboy ataupun membantu pengunjung hotel membawakan barang bawaan. Di tempat ia bekerja Dade merasa terpanggil dan merasa dihargai karena ia direkrut bersama Asep Rustayim untuk dipekerjakan di Hotel berbintang di Kabupaten Karawang.
Berbeda dengan Dade dan Asep, setelah menganggur selama dua tahun dari dunia perfilmman karena sepi pekerjaan untuk bermain film, Reva Bayu Erzalyan tidak patah semangat untuk terus menjalani roda kehidupan. Guna menghidupi kebutuhan sehari-hari Reva pemuda kelahiran Jakarta Tahun 1988 tersebut banting stir menjadi driver ojek online dan membuka toko pulsa. Reva menjual jasa mengantarkan pesanan makanan kepada pelanggan yang menggunakan aplikasi telepon pintar.
Sama seperti Reva bersemangat untuk membahagiakan orang tua di kampung halaman, Uci Sanusi mengadu nasib di Bekasi untuk berjualan asongan, mulai dari permen, tisu, rokok hingga air mineral dia jajakan untuk para pengendara yang melintas di perempatan Universitas Islam 45 (UNISMA) Bekasi. Sejak tahun 1989 Uci berjualan, sempat merasakan berjualan menggunakan kios namun lapaknya terkena imbas dari penertiban jalur hijau. Dirinya memulai berjualan dari subuh hingga siang hari.
Cerita inspiratif lainnya datang dari seorang seniman bernama Adilan Setia Ramadan. Memulai produksi kacamata kayu tahun 2013, dia berikan nama produknya Kai Eyewear. Pria kelahiran tahun 1993 tersbut sudah membuat lebih dari 500 kacamata kayu dan sudah dikirim ke berbagai kota di Indonesia.
(Foto-Foto: Koran Sindo/Adam Erlangga)
Editor: Yudistiro Pranoto