PARIS, iNews.id – Lebih dari 1 juta orang turun ke jalan, berpartisipasi dalam demonstrasi menentang reformasi aturan pensiun di seluruh Prancis. Hal itu diungkapkan oleh Kementerian Dalam Negeri Prancis, Kamis (23/3/2023).
Sementara serikat buruh di negara itu memperkirakan, ada lebih dari 3 juta orang yang ikut dalam unjuk rasa tersebut.
Inilah Kerajaan Eswatini, yang Rajanya Poligami Gila-gilaan hingga 70 Istri
Kemendagri Prancis menyatakan, sebanyak 1.089.000 demonstran turun ke jalan di Prancis pada Kamis waktu setempat. Jumlah itu dua kali lipat dari pengunjuk rasa yang ikut dalam demo sebelumnya pada 15 Maret. Akan tetapi, jumlah itu lebih sedikit daripada demonstrasi pada 19 dan 31 Januari, serta pada 7 Maret lalu, menurut laporan surat kabar Monde.
Serikat pekerja terbesar Prancis, CGT, melaporkan bahwa partisipasi dalam unjuk rasa pada Kamis itu mencapai rekor 3,5 juta orang. Di ibu kota Paris sendiri, ada sekitar 120.000 orang yang berkumpul, menurut polisi. Namun, serikat buruh mengklaim jumlahnya mencapai 800.000 orang.
Bentrokan antara pendemo dan aparat penegak hukum pun pecah di Paris. Seorang koresponden RIA Novosti melaporkan, polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa yang sudah mencapai alun-alun di kota itu, Place de la Republique. Melalui pengeras suara, polisi menuntut agar para pendemo keluar dari area tersebut. Sebuah meriam air juga terlihat di lokasi kejadian.
Menurut Kemendagri Prancis, hingga Kamis malam, sebanyak 80 orang ditahan di seluruh negeri Eropa itu, dan sekitar 120 petugas polisi terluka.
Perdana Menteri Prancis Elisabeth Borne mengomentari bentrokan antara demonstran dan polisi.
“Kekerasan dan kerusakan yang kita saksikan hari ini tidak dapat diterima. Saya berterima kasih kepada polisi dan layanan darurat yang dikerahkan,” cuit Borne di Twitter.
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku