2 Aktivis Perempuan Afghanistan Hilang, PBB Desak Taliban Beri Informasi
KABUL, iNews.id - PBB menuntut Taliban memberikan informasi tentang hilangnya dua aktivis perempuan yang diduga ditahan kelompok itu pekan ini. Tahun ini, sudah ada empat aktivis perempuan yang hilang.
Misi Bantuan PBB di Afghanistan (Unama) pada Kamis (3/2/2022) malam mengatakan, pihaknya telah mencari informasi tentang laporan penahanan dua aktivis perempuan oleh Taliban di Kabul.
"PBB mengulangi seruannya agar semua aktivis & kerabat perempuan yang 'menghilang' dibebaskan," katanya di Twitter.
Utusan khusus AS untuk Afghanistan, Rina Amiri juga meminta Taliban untuk menghormati hak-hak perempuan.
"Jika Taliban mencari legitimasi dari rakyat Afghanistan & dunia, mereka harus menghormati hak asasi manusia Afghanistan - terutama bagi perempuan," katanya di Twitter.
Unama tidak mengungkapkan nama dua aktivis perempuan yang hilang minggu ini. Tetapi pembela hak asasi lainnya mengatakan kepada AFP, Zahra Mohammadi dan Mursal Ayar telah ditangkap oleh Taliban.
"Zahra, seorang dokter gigi, dulu bekerja di sebuah klinik. Dia ditangkap bersama ayahnya," kata aktivis yang enggan disebutkan namanya.
Dia menambahkan, Ayar ditangkap pada hari Rabu setelah seorang rekan pria menanyakan alamatnya. Alasannya, dia ingin datang menyerahkan gajinya.
"Begitulah cara dia terjebak. Taliban menemukannya dan menangkapnya," katanya.
Penahanan terbaru terjadi kurang dari sebulan setelah sepasang aktivis perempuan - Tamana Zaryabi Paryani dan Parwana Ibrahimkhel - hilang setelah berpartisipasi dalam protes Kabul.
Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia telah menyatakan keprihatinan atas menghilangnya empat aktivis ini.
Taliban telah membantah mengetahui keberadaan mereka. Mereka mengatakan sedang menyelidiki masalah tersebut.
Taliban telah berjanji menjadi versi yang lebih lembut daripada saat pertama mereka berkuasa dari 1996 hingga 2001.
Tetapi rezim baru dengan cepat melarang perempuan bekerja di sebagian besar pekerjaan pemerintah. Taliban juga menutup sebagian besar sekolah menengah perempuan.
Sejak kembali berkuasa pada Agustus 2021, Taliban telah menindak perbedaan pendapat dengan membubarkan paksa unjuk rasa perempuan, menahan kritikus dan memukuli wartawan lokal yang meliput protes.
Editor: Umaya Khusniah