2 Korea dan Komando PBB Gelar Pertemuan di Zona Demiliterisasi
SEOUL, iNews.id - Korea Utara (Korut), Korea Selatan (Korsel), dan Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dipimpin Amerika Serikat (AS) mengadakan pertemuan tiga arah pertama, Selasa (16/10/2018).
Pertemuan itu akan membahas demiliterisasi perbatasan yang membagi kedua Korea sebagai bentuk pencairan diplomatik yang semakin cepat.
"Pertemuan pertama antara Korea Selatan, Korea Utara, dan UNC tentang melucuti Area Keamanan Bersama (JSA) akan berlangsung pukul 10.00 di Panmunjom," demikian pernyataan kementerian pertahanan Korsel, seperti dilaporkan AFP, Selasa (16/10/2018).
JSA, juga dikenal sebagai desa gencatan senjata Panmunjom, merupakan tempat sepanjang 250 kilometer di perbatasan, di mana pasukan dari kedua negara berdiri berhadap-hadapan.
Kedua Korea setuju mengambil langkah-langkah untuk mengurangi ketegangan militer di perbatasan mereka pada pertemuan di Pyongyang bulan lalu antara Presiden Moon Jae In dan Kim Jong Un.
Awal bulan ini, kedua belah pihak mulai memindahkan ranjau darat di JSA, yang kini sering digunakan sebagai lokasi pembicaraan antara kedua Korea, sebagai bagian dari kesepakatan.
Mereka juga mengesahkan pakta militer yang mencakup penghentian latihan militer serta zona larangan terbang di dekat perbatasan.
"Pertemuan hari ini akan mengevaluasi kemajuan dalam menghapus ranjau darat dan pos penjaga, penyesuaian peralatan pengawasan perbatasan, dan cara-cara untuk saling memverifikasi upaya demiliterisasi," kata para pejabat kementerian, seperti dilaporkan kantor berita Yonhap.
"Pertemuan tertutup itu akan diadakan di desa perbatasan Panmunjom dan dihadiri oleh tiga perwakilan dari masing-masing pihak."
Kedua Korea sepakat mulai menghubungkan kembali jalur kereta api dan jalan. Ini merupakan langkah terbaru dalam hubungan yang membaik terlepas kekhawatiran AS bahwa cairnya hubungan kedua Korea yang cepat dapat merusak upaya untuk menekan Korut agar menyerahkan senjata nuklirnya.
Korut dan Korsel secara teknis masih berperang karena Perang Korea 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.
Editor: Nathania Riris Michico