5 Fakta Perseteruan Macron dengan Israel, Nomor 3 Singgung Perang Salib
JAKARTA, iNews.id - Fakta-fakta perseturuan Presiden Prancis Emmanuel Macron dengan Israel menarik disimak. Macron belakangan ini gencar menyerang Israel dengan pernyataan-pernyataan di forum internasional terkait kekejaman Israel di Jalur Gaza serta pembangkangannya terhadap kemanusiaan.
Hubungan antara Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Pemerintah Israel semakin memanas. Perselisihan ini bukan sekadar perbedaan diplomatik biasa, tapi berubah menjadi ketegangan terbuka yang berisiko mengguncang hubungan bilateral Prancis-Israel serta sikap Uni Eropa dalam isu Palestina.
Dalam pidatonya di Forum Keamanan Singapura, Macron secara terbuka mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada Israel jika bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza terus diblokade. Ia juga mendesak Uni Eropa agar bersikap lebih keras terhadap Israel jika tidak ada perubahan dalam beberapa hari. Sikap ini memicu kemarahan pihak Israel, yang menganggap Prancis berpihak pada Palestina.
Menanggapi tekanan dari Macron, Kementerian Luar Negeri Israel menyatakan bahwa tidak ada blokade terhadap bantuan kemanusiaan di Gaza, menyebut tuduhan Macron sebagai "kebohongan nyata".
Israel juga menuduh Macron lebih fokus menekan Israel dibanding Hamas, yang justru dianggap sebagai biang konflik oleh pihak Tel Aviv.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyampaikan kecaman keras terhadap Macron. Ia menolak usulan pengakuan negara Palestina dan menantang balik ancaman sanksi dari negara-negara Barat.
Dalam pernyataannya, Katz menyebut Macron seolah sedang memimpin “perang salib” terhadap negara Yahudi, dan menegaskan bahwa Israel tidak akan tunduk pada tekanan internasional.
Macron tidak berhenti pada retorika. Ia berencana mengadakan konferensi internasional mengenai Palestina di PBB bersama Arab Saudi pada Juni mendatang. Bahkan, ia menyatakan kemungkinan Prancis akan mengakui negara Palestina dalam forum tersebut.
Langkah ini menandai titik terendah hubungan Prancis-Israel dalam beberapa tahun terakhir.
Salah satu poin yang paling tajam dalam pidato Macron adalah kritik terhadap standar ganda negara-negara Barat. Ia menyoroti bagaimana Eropa begitu cepat mengutuk Rusia dalam konflik Ukraina, namun bungkam terhadap tindakan Israel di Gaza. Menurutnya, pembentukan negara Palestina adalah syarat politik dan moral untuk perdamaian jangka panjang.
Ketegasan Macron menunjukkan pergeseran sikap Eropa terhadap konflik Israel-Palestina. Di saat beberapa negara mulai mempertimbangkan pengakuan terhadap Palestina, Prancis tampaknya siap memimpin perubahan itu—meski dengan risiko memperburuk hubungan dengan Israel.
Editor: Anton Suhartono