5 Kepala Negara yang Memimpin Sangat Singkat, Nomor 1 Cuma 20 Menit lalu Mundur
JAKARTA, iNews.id - Daftar kepala negara, pemimpin monarki, atau kepala pemerintahan di dunia yang menjabat dalam waktu singkat menarik untuk diketahui. Beberapa waktu lalu dunia dikejutkan dengan pengunduran diri Perdana Menteri Inggris Liz Truss.
Truss hanya menjabat selama 45 hari sejak disetujui Ratu Elizabeth II sebagai PM pada 6 September. Periode kekuasaannya yang sangat singkat menjadikan Truss sebagai kepala pemerintahan tersingkat dalam sejarah Inggris.
Namun Truss bukanlah pemimpin yang paling singkat masa jabatannya. Banyak pemimpin lain yang menjabat sangat singkat, bahkan tak sampai 1 jam.
Berikut daftar kepala negara, pemimpin monarki, kepala pemerintahan yang menjabat dalam waktu singkat:
1. Raja Louis XIX, Prancis
Raja Louis XIX atau Louis Antoine menjadi pemimpin yang berkuasa dalam waktu sangat singkat pada 1830-an, bahkan tersingkat dalam sejarah. Raja Louis XIX memimpin Prancis hanya 20 menit saja.
Raja Louis XIX naik takhta untuk menggantikan ayahnya, Charles X. Ayahhnya terpaksa turun akibat desakan rakyatnya atau dikenal dengan Revolusi Juli.
Louis XIX lalu naik takhta menggantikan sang ayah. Oleh karena publik tak menghendaki sistem monarki lagi, desakan agar Louis XIX mundur pun disuarakan. Dia akhirnya meneken dokumen untuk menyerahkan takhta sehingga kekuasaannya hanya berlangsung 20 menit.
2. Pedro Lascurain
Pedro Lascurain adalah presiden Meksiko yang menjabat pada 1846. Dia salah satu pemimpin dengan menjabat daam periode tersingkat yaitu kurang dari 1 jam. Tepatnya, Pedro Lascurain menjabat sebagai presiden dari pukul 17.15 hingga 18.00 waktu setempat pada 19 Februari 1913.
Sebelumnya, Meksiko dipimpin oleh Francisco Madero yang mengambil alih kepemimpinan dari rezim yang tumbang. Karena didesak dan disiksa militer agar mengundurkan diri, Madero mengundurkan diri.
Setelah Madero mengundurkan diri, Pedro Lascurain selaku menteri luar negeri menjabat sebagai presiden sesuai konstitusi negara. Saat itu wakil presiden dan jaksa agung tidak bersedia.
3. Siaka Stevens
Perdana Menteri Sierra Leone Siaka Stevens menjabat pada 1967, namun untuk waktu yang sangat singkat yakni sekitar 1 jam. Saat itu Sierra Leone dilanda konflik internal di mana kelompok-kelompok saling menjatuhkan.
Dia memenangkan pemilu yang berlangsung ketat, menggulingkan perdana menteri berkuasa. Namun penguasa lama tak menerima hasil pemilu dan mengirim tentara untuk menggagalkan pelantikan Stevens.
Namun saat tentara tiba, Stevens sudah telanjur dilantik sejak sekitar 1 jam sebelumnya. Dia pun digulingkan dan ditangkap sehingga menyandang status PM sekitar 1 jam saja.
Namun 2 pekan kemudian, terjadi pembalasan di mana para loyalis Stevens berhasil merebut kembali kekuasaan. Dia kemudian menjabat selama 17 tahun, menjadikannya salah satu kepala pemerintahan terlama.
4. Hezekiah Ochuka
Hezekiah Ochuka adalah pemimpin Kenya dengan masa jabatan terpendek. Jabatan yang didudukinya adalah hasil dari perebutan takhta.
Ochuka dan kaki tangannya menyusun rencana untuk mengambil alih kepemimpinan saat presiden Kenya saat itu, Daniel Mohit, menghadiri pertemuan Afrika di luar negeri. Ochuka dan komplotannya mengumumkan bahwa Presiden Mohit tidak lagi sebagai kepala negara.
Misi itu membuat Ochuka menduduki jabatan presiden selama 6 jam sebelum Mohit berhasil merebut posisinya kembali. Ochuka kemudian ditangkap dan digantung.
5. Joseph Goebbels
Gobbels juga masuk dalam daftar pemimpin yang berkuasa dalam waktu sangat singkat, yakni menjadi kanselir Jerman hanya sehari.
Pada 30 April 1945 Adolf Hitler mengakhir hidup di tempat persembunyiannya di bunker Kota Berlin. Hitler meninggalkan penerus yakni kepala propaganda Nazi, Joseph Goebbels.
Pada saat itu, Goebbels adalah salah satu dari sedikit menteri kabinet Nazi yang tersisa, jadi tidak mengherankan jika Hitler menunjuknya sebagai penggantinya. Sang kanselir hanya berkuasa sehari.
Sebelum pasukan Uni Soviet tiba ke Berlin, Goebbels dan istrinya, Magda, bunuh diri. Mereka memilih untuk mengikuti jalan Hitler daripada tetap hidup dalam tahanan musuh.
Editor: Anton Suhartono