Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : MA Tolak Kasasi Zarof Ricar, Tetap Divonis 18 Tahun Penjara
Advertisement . Scroll to see content

50 Orang Termasuk Artis AS Terlibat Kasus Suap Ujian Masuk Universitas

Rabu, 13 Maret 2019 - 12:25:00 WIB
50 Orang Termasuk Artis AS Terlibat Kasus Suap Ujian Masuk Universitas
Dua artis Hollywood: Lori Loughlin (kiri) dan Felicity Huffman terlibat dalam kasus suap ujian masuk perguruan tinggi ternama di AS. (FOTO: AP)
Advertisement . Scroll to see content

WASHINGTON, iNews.id - Sedikitnya 10 orang, termasuk bintang Hollywood Felicity Huffman dan Lori Loughlin, pada Selasa (12/3) didakwa terlibat skema suap ujian penerimaan perguruan tinggi. 

Dalam skandal ini para orangtua yang kaya raya diduga menyuap sejumlah pelatih dan orang dalam di perguruan tinggi agar anak-anak mereka dapat lolos di kampus-kampus paling bergengsi di Amerika Serikat (AS).

Otoritas pemerintah federal menyebut skema ini sebagai skandal suap ujian masuk perguruan tinggi terbesar yang pernah diselidiki Kementerian Kehakiman AS. Dalam skandal ini, para orangtua secara keseluruhan membayar uang suap sekitar 25 juta dolar.

"Para orangtua ini adalah katalog kekayaan dan keistimewaan," ujar Jaksa Agung distrik Massachussets, Andrew Lellling, saat mengumumkan hasil penyelidikan yang diberi kode 'Operation Varsity Blues', seperti dilaporkan VOA, Rabu (13/3/2019).

Skandal ini dipastikan akan memicu kembali keluhan sejak lama bahwa anak-anak orang kaya dan mereka yang memiliki koneksi memiliki jalur tersendiri dalam penerimaan perguruan tinggi, kadangkala lewat sumbangan dalam jumlah besar atau jalur istimewa lain.

Sedikitnya sembilan pelatih atletik dan 33 orangtua, sebagian di antaranya adalah tokoh berpengaruh dalam bidang hukum, keuangan, bisnis dan bintang film; ikut didakwa dalam penyelidikan ini.

Puluhan orang, termasuk aktris Felicity Huffman, ditangkap pada Selasa (12/3) siang waktu setempat.

'Orang dalam' ini bekerja di kampus-kampus bergengsi seperti Yale, Stanford, Georgetown, Wake Forest, University of Texas, University of Southern California, dan University of California di Los Angeles.

Seorang mantan pelatih sepakbola Yale mengaku bersalah dan membantu aparat untuk menyelidiki kasus ini lebih jauh.

Bagaimana Skema Suap Ini Berlangsung?

Tim jaksa mengatakan, para orangtua membayar seorang konsultan ujian penerimaan mahasiswa dari 2011 hingga Februari lalu, untuk menyuap para pelatih dan administrator guna "memoles" anak-anak mereka seakan-akan merupakan bintang olahraga (atlet), sehingga meningkatkan peluang masuk ke perguruan tinggi tersebut.

Konsultan ini juga mempekerjakan beberapa 'orang dalam' (semacam joki) untuk mengikuti ujian masuk perguruan tinggi, serta membayar 'orang dalam' lain di pusat pengujian untuk mengubah nilai siswa.

Untuk itu, para orangtua membayar antara 200 ribu hingga 6,5 juta dolar sebagai jaminan agar anaknya diterima di perguruan tinggi tersebut.

"Untuk setiap mahasiswa yang masuk lewat jalur suap ini, ada seorang siswa yang benar-benar berbakat dan jujur yang ditolak," ujar Lelling.

Beberapa terdakwa, termasuk Huffman, dituduh berkonspirasi melakukan penipuan, dan dapat dijatuhi hukuman hingga 20 tahun penjara.

Lelling mengatakan penyelidikan masih berlanjut dan otoritas berwenang yakin masih banyak orangtua lain yang terlibat.

Meskipun demikian, Lelling menggarisbawahi bahwa kampus-kampus yang disebut, tidak menjadi target penyelidikan ini.

Belum ada siswa atau mahasiswa yang didakwa. Pihak berwenang menyatakan, dalam banyak kasus, para remaja itu tidak mengetahui apa yang terjadi.

Lelling menuturkan, 'Operation Varsity Blues' dimulai ketika pihak menerima petunjuk awal tentang skema ujian masuk perguruan tinggi dari seseorang yang diinterogasi secara terpisah. Namun dia tidak merinci lebih jauh petunjuk awal yang dimaksudnya ini.

Sejumlah pelatih olahraga, seperti dalam bidang sepak bola, berlayar, tenis, polo air, dan bola voli, menerima uang suap untuk memasukkan siswa-siswa tertentu dalam daftar atlet yang akan direkrut, walaupun mereka tidak memiliki kemampuan dan pengalaman.

Alhasil hal ini akan meningkatkan peluang diterima dalam ujian masuk perguruan tinggi.

Menurut jaksa, para orangtua juga diperintahkan untuk mengaku bahwa anak-anak mereka memiliki ketidakmampuan belajar sehingga dapat mengikuti ujian ACT dan SAT secara terpisah, dalam waktu yang lebih lama.

Hal ini memudahkan para pelaku skema penipuan ini untuk melakukan aksi mengubah jawaban atau nilai.

Lebih dari 300 agen FBI dan IRS diikutsertakan dalam 'Operation Varsity Blues' ini.

Editor: Nathania Riris Michico

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut