Afghanistan Memanas, PBB Desak Taliban Hentikan Serangan Mulai Negosiasi
NEW YORK, iNews.id - Sekjen PBB Antonio Guterres mendesak kelompok Taliban untuk segera menghentikan serangan di Afghanistan. Dia memperingatkan kondisi di Afghanistan bisa berada luar kendali.
Kelompok Taliban telah merebut setidaknya 10 kota di Afghanistan hingga Jumat (13/8/2021) dan semakin dekat dengan Ibu Kota Kabul. Amerika Serikat memperkirakan Taliban bisa menduduki Kabul dalam 90 hari.
Guterres pun mengajak Taliban untuk duduk bernegosiasi dengan pemerintah Afghanistan guna mengakhiri kekerasan yang menyebabkan jatuhnya korban sipil.
"Ini adalah saat untuk menghentikan serangan. Ini adalah saat untuk memulai negosiasi serius. Ini adalah momen untuk menghindari perang saudara yang berkepanjangan atau isolasi Afghanistan," kata Guterres, di New York, seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (14/8/2021).
Lebih lanjut dia juga meminta semua pihak berbuat lebih banyak untuk melindungi warga sipil.
Sementara itu Juru Bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan, organisasi mengevaluasi situasi keamanan di Afghanistan setiap jam serta mengevakuasi beberapa staf ke Kabul. Namun dia menegaskan tidak akan memindahkan personelnya dari negara itu.
PBB menempatkan petugas di beberapa daerah yang kini telah direbut Taliban. Ada sekitar 3.000 staf lokal serta 300 berkebangsaan asing di Afghanistan.
Sebelumnya Taliban membantah menargetkan serta membunuh warga sipil selama pertempuran merebut kota-kota di Afghanistan, bahkan mereka menyerukan penyelidikan independen melibatkan lembaga internasional.
Juru Bicara Taliban Suhail Shaheen mengatakan, gerilyawan justru berusaha meyakinkan warga bahwa mereka tidak akan mengusik rumah atau keluarga.
"Kami tidak menargetkan warga sipil atau rumah mereka di wilayah mana pun, melainkan operasi telah dilakukan dengan sangat presisi dan hati-hati," kata Shaheen, seraya menambahkan pasukan pemerintah Afghanistan serta pasukan asing lah yang harus betranggung jawab atas jatuhnya korban warga sipil.
Pernyataan itu disampaikan pada Rabu setelah PBB mengeluarkan pernyataan lebih dari 1.000 warga sipil tewas dalam sebulan terakhir. Selain itu Komite Internasional Palang Merah (ICRC) menyebutkan, sejak 1 Agustus sekitar 4.042 orang yang terluka dan dirawat di 15 fasilitas kesehatan.
Editor: Anton Suhartono