Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Aljazair Sebut Penjajahan Prancis Kejahatan dan Tuntut Ganti Rugi, Ini Jawaban Paris
Advertisement . Scroll to see content

Aksi Demonstrasi Rompi Kuning Sebabkan 'Bencana Ekonomi' di Prancis

Senin, 10 Desember 2018 - 10:33:00 WIB
Aksi Demonstrasi Rompi Kuning Sebabkan 'Bencana Ekonomi' di Prancis
Sedikitnya 50 kendaraan dibakar saat demonstrasi rompi kuning berlangsung di Paris, Sabtu (8/12). (Foto: AFP)
Advertisement . Scroll to see content

PARIS, iNews.id - Menteri Keuangan Bruno Le Maire mengatakan, gelombang demonstrasi rompi kuning menyebabkan 'bencana' bagi ekonomi Prancis, Tak hanya itu, Le Maire menyebut situasi di Prancis sebagai krisis terhadap masyarakat dan demokrasi.

"Ini adalah bencana untuk bisnis, ini adalah bencana untuk ekonomi kami," ujarnya, saat mengunjungi pertokoan di Paris yang dirusak selama unjuk rasa berlangsung, seperti dilaporkan BBC, Senin (10/12/2018).

Diperkirakan, 125.000 demonstran turun ke jalanan di seluruh negeri pada Sabtu (8/12/2018) siang, dan 10.000 di antaranya berunjuk rasa di Paris, yang juga mencatat kerusakan paling parah akibat bentrokan.

Di ibu kota Prancis itu, para penjarah menghancurkan etalase-etalase toko dan membakar sejumlah mobil.

"Kerusakannya lebih parah kemarin daripada sepekan lalu karena demonstrasi lebih tersebar," papar wakil Wali Kota Paris, Emmanuel Gregoire, kepada stasiun radio setempat.

Namun, tambahnya, korban cedera selama unjuk rasa pada Sabtu jauh jebih sedikit daripada sepekan lalu.

Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron—yang dituntut mundur oleh pengunjuk rasa—akan menyampaikan pidato nasional pada Senin (10/12/2018). Dalam kesempatan itu, Macron akan mengumumkan langkah-langkah untuk meredam krisis.

Masih terlalu dini untuk menghitung secara luas dampak ekonomi dari gelombang unjuk rasa 'rompi kuning'. Namun jelas secara kasat mata bahwa kerusakan yang ditimbulkan cukup parah.

Surat kabar Le Parisien melaporkan, sedikitnya 50 kendaraan dibakar, puluhan toko dirusak, dan sebagian lainnya dijarah. Beberapa pejabat kota mengatakan huru-hara di Paris menimbulkan kerusakan bernilai jutaan poundsterling.

Pada Jumat (7/12), federasi peritel Prancis menyatakan, para peritel kehilangan sekitar satu miliar euro atau sekitar Rp16,5 triliun sejak demonstrasi dimulai pada 17 November.

Pekan lalu, Le Maire menyebut, sebelum demonstrasi berlangsung pada akhir pekan, bisnis restoran menurun antara 20 hingga 50 persen.

Kemudian, Francois Asselin selaku kepala konfederasi usaha kecil dan menengah, memaparkan kepada surat kabar Journal du Dimanche, rentetan aksi protes ini bisa menyebabkan kerugian 10 miliar euro atau sekitar Rp165 triliun.

Ada pula kecemasan bahwa gelombang aksi protes dapat mengakibatkan penurunan jumlah wisatawan. Sebagai catatan, menurut kantor pariwisata, Paris dikunjungi lebih dari 40 juta turis pada 2017.

Para pengunjuk rasa disebut demonstran 'gilets jaunes' karena mereka mengenakan rompi kuning yang wajib ada di setiap kendaraan di Prancis.

Awalnya, mereka menggelar unjuk rasa menentang kenaikan pajak bahan bakar diesel.

Harga diesel naik 23 persen selama 12 bulan terakhir dan presiden menerapkan tambahan kenaikan pajak 6,5 sen pada diesel serta 2,9 sen pada bensin mulai 1 Januari.

Padahal, selama ini diesel banyak digunakan pengendara dan relatif lebih murah karena nilai pajaknya rendah dibanding jenis bahan bakar lain.

Macron beralasan, pajak diesel perlu dinaikkan karena harga bahan bakar dunia melonjak. Lagipula, menurutnya, pajak bahan bakar fosil perlu ditingkatkan guna mendanai investasi energi terbarukan.

Setelah ditentang, pemerintah sepakat menunda kenaikan pajak bahan bakar sekaligus mematok harga gas dan listrik untuk 2019.

Akan tetapi, gerakan 'rompi kuning' tidak berhenti. Unjuk rasa kemudian melebar ke topik lainnya, seperti tuntutan kenaikan upah, penurunan pajak, fasilitas pensiun yang lebih baik, serta kemudahan kriteria masuk universitas.

BBC melaporkan, tujuan utama demonstrasi itu adalah menyoroti frustrasi atas ekonomi dan ketidakpercayaan politik dari keluarga-keluarga pekerja miskin, yang masih memiliki dukungan luas.

Editor: Nathania Riris Michico

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut