Aksi Protes Anti Vaksin Covid-19 Ricuh, Polisi Gunakan Water Canon dan Gas Air Mata Bubarkan Massa
BRUSSELS, iNews.id — Sekelompok orang menggelar aksi protes vaksinasi Covid-19 dan kebijakan pembatasan di Brussel, Belgia. Polisi gunakan gas air mata dan water canon untuk membubarkan massa.
Aksi protes yang dilakukan sekitar 50.000 orang digelar pada Minggu (23/1/2022). Para pengunjuk rasa meneriakkan 'Kebebasan!' saat mereka berbaris. Sementara sebagian yang lain terlibat konfrontasi kekerasan dengan polisi.
Dalam video yang beredar menunjukkan, massa yang berpakaian hitam menyerang sebuah gedung yang digunakan oleh layanan diplomatik Uni Eropa. Mereka melemparkan proyektil ke pintu masuk dan menghancurkan jendela.
Petugas polisi anti huru hara berhelm putih berulang kali bereaksi setelah pengunjuk rasa mengabaikan instruksi untuk bubar. Truk meriam polisi menembakkan air yang kuat sementara gas air mata memenuhi udara.
“Ayo orang-orang! Jangan biarkan mereka merampas hakmu!” kata seorang pemimpin protes yang menyiarkan melalui pengeras suara.
“Pergi ke neraka!” teriak seorang pengunjuk rasa yang berkonfrontasi dengan polisi.
Polisi Brussel mengatakan 70 orang ditahan. Sementara itu, tiga petugas serta 12 demonstran dirawat di rumah sakit karena luka-luka.
Beberapa pengunjuk rasa juga menyerang jurnalis yang meliput pawai untuk The Associated Press. Mereka mendorong dan mengancam para jurnalis dan merusak peralatan mereka. Seorang pengunjuk rasa bahkan menendang salah satu wartawan dan yang lain mencoba meninjunya.
Menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa, hampir 77 persen populasi Belgia telah divaksinasi penuh. Sebanyak 53 persen di antaranya telah mendapatkan dosis booster.
Korban meninggal akibat Covid-19 di Belgia mencapai lebih dari 28.700 orang.
Aksi protes serupa juga terjadi di Barcelona. Mereka memprotes kebijakan paspor vaksin dan persyaratan lain yang telah diberlakukan oleh pemerintah Eropa saat pandemi.
Ppara pengunjuk rasa mengenakan kostum dan melambaikan spanduk bertuliskan 'Ini bukan pandemi, ini kediktatoran'. Mereka berbaris menentang pembatasan yang diberlakukan oleh otoritas nasional dan regional untuk mengekang lonjakan kasus Coivd-19.
Peserta aksi juga termasuk orang yang menolak vaksin dan mereka yang menyangkal keberadaan virus corona. Polisi mengatakan 1.100 orang ikut dalam aksi tersebut.
Spanyol, negara berpenduduk 47 juta, telah secara resmi mencatat lebih dari 9 juta kasus virus corona. Jumlah sebenarnya diyakini jauh lebih tinggi. Sementara itu lebih dari 80 persen penduduk Spanyol telah divaksinasi Covid-19.
Editor: Umaya Khusniah