6 Alasan Negara Thailand tidak Pernah Dijajah, dari Buffer State hingga Soal Hasil Bumi
JAKARTA, iNews.id – Enam alasan Negara Thailand tidak dijajah oleh bangasa Eropa atau bangsa mana pun sangat menarik untuk diketahui. Apalagi, Thailand menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah selama masa kolonial.
Negara yang dijuluki negeri gajah putih ini memiliki sistem pemerintahan monarki konstitusional yang artinya kekuasaan raja dibatasi oleh undang-undang. Kepala negara Thailand adalah raja dan kepala pemerintahannya seorang perdana menteri.
Thailand menjadi negara yang tidak mengecap pahitnya penjajahan karena ada peran penting dari dua orang raja yaitu, Raja Mongkut yang bergelar Rama IV dan Raja Chulalongkorn atau Rama V yang membuat strategi khusus.
Berikut 6 alasan Negara Thailand tidak dijajah oleh negara mana pun termasuk bangsa Eropa:
Faktor utama yang menjadikan Thailand tidak dijajah karena negeri itu diposisikan sebagai buffer state yang berarti “negara penyangga”. Thailand yang pada masa itu masih bernama Siam, menjadi pemisah antara satu dan lain negara jajahan.
Negara yang berbatasan langsung atau berada di sekeliling Thailand dijajah Inggris dan Prancis. Kedua negara Eropa itu memiliki potensi permusuhan jika menjajah Thailand.
Negara Inggris menjajah Myanmar sampai Malaysia, sedangkan Prancis menduduki Vietnam, Laos, dan Kamboja. Mengetahui hal itu, Raja Chulalongkorn melakukan diplomasi kepada Inggris dan Prancis dengan mengadopsi kebiasaan Eropa.
Alasan selanjutnya Negara Thailand tidak dijajah adalah karena sistem pemerintahan Mandala. Lewat sistem ini, Raja Chulalongkorn membuat satuan militer di wilayah yang tidak dapat dijangkau olehnya.
Walaupun kekuatan militernya tidak setangguh militer Eropa, sang raja mampu mengendalikan para pemimpin lokal.
Kekuasaan seluruh pemimpin lokal di Thailand dihilangkan agar Eropa sulit melakukan adu domba, sehingga kekuasaan pun dipusatkan langsung di Kota Bangkok. Dengan begitu, para elite daerah itu hanya terpengaruh politik dari Raja Chulalongkorn daripada Bangsa Eropa.
Raja Thailand berupaya dan merealisasikan gaya hidup ala Eropa. Raja Mongkut mengadopsi kebiasaan orang Eropa sampai kemajuan teknologi yang dimiliki Eropa.
Raja Mongkut juga menambahkan pelajaran geografi dan astronomi agar para siswa mengenal bangsa-bangsa di Eropa. Raja juga menyadari banyak misionaris Kristen yang masuk sehingga dipekerjakan untuk mengajar Bahasa Inggris.
Begitu juga dari segi militer, Raja Mongkut juga menyewa tentara bayaran dari Eropa untuk melatih pasukan militer Siam agar mampu mendekati kehebatan tentara Eropa pada saat itu.
Strategi Raja Mongkut ini kemudian dilanjutkan oleh Raja Chulalongkorn dengan mempelajari tipologi agar bisa menentukan daerah dan wilayah. Sistem pemerintahan dan arsitektur bangunan juga dibuat oleh arsitek Eropa.
Selain itu, masyarakat Thailand juga disuruh untuk melepaskan kebiasaan mengengakan sandal tradisional. Mereka mulai menggunakan sepatu ala orang Eropa. Para pelayan kerajaan juga dibebaskan untuk mencari istri agar tidak terjadi kawin paksa untuk melunasi utang.
Semua cara itu dilakukan agar ketika Bangsa Eropa datang ke Thailand, mereka mengira masyarakatnya bukanlah orang-orang terbelakang, sehingga bisa menjadi kawan.
Perjanjian ini disepakati oleh Gubernur Hong Kong, John Browing, saat Inggris masih menduduki kota di China itu. Isi dari perjanjian itu antara lain menghapuskan monopoli pajak perdagangan luar negeri.
Hal itu tentu saja merugikan Siam dan sangat menguntungkan Inggris. Namun, Raja Chulalongkorn sengaja melakukan itu agar Siam tidak dijajah dan ekonomi Siam terintegrasi dengan ekonomi luar negeri dari segi perdagangan dan investasi.
Pada 1917, Thailand bekerja sama dengan Inggris dan Prancis melawan Jerman, Austria, dan Hungaria. Dengan begitu, Thailand mendapat dukungan dari Prancis dan Inggris karena memiliki musuh yang sama.
Pasukan Thailand dikirim ke Prancis untuk melakukan misi di Blok Sekutu karena mampu mengetahui taktik dan strategi perang Barat. Perjanjian ini menjadikan Thailand mendapat kursi pada Konferensi Versailles.
Tidak seperti umumnya negara-negara Asia Tenggara yang memiliki hasil bumi yang melimpah, Siam atau Thailand memiliki hasil bumi yang minim. Karenanya, banyak bangsa Eropa merasa tidak tertarik menduduki Thailand.
Editor: Ahmad Islamy Jamil