Alasan Rusia Ajukan Banding Jatuhnya Pesawat Malaysia Airlines MH17 Tewaskan 298 Orang
DEN HAAG, iNews.id - Rusia pekan lalu mengajukan banding ke Mahkamah Internasional (ICJ) terkait keputusan yang menyatakan Moskow bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17 di langit Ukraina pada 17 Juli 2014.
Tragedi yang menewaskan 298 orang itu hingga kini masih menjadi polemik hukum dan politik internasional.
Putusan ICAO dan Klaim Rusia
Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) pada Mei lalu menegaskan bahwa keputusan kasus MH17 sudah berdasar pada fakta dan hukum. Namun, Rusia tidak terima dengan putusan tersebut.
Dalam dokumen banding yang diajukan ke ICJ pada Kamis (18/9/2025), Moskow menyebut ICAO keliru dalam menerapkan hukum internasional. Rusia menekankan bahwa Konvensi Chicago 1944 tentang penerbangan sipil internasional tidak berlaku untuk situasi konflik bersenjata.
“Konvensi tersebut tidak berlaku untuk situasi konflik bersenjata,” bunyi pernyataan Rusia dalam berkas bandingnya.
Selain itu, Rusia menuding penyelidik internasional mengabaikan bukti yang sebelumnya telah diberikan oleh pihaknya.
Putusan Pengadilan Belanda
Sebelumnya, pengadilan Belanda pada 2022 telah menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup kepada tiga terdakwa dalam kasus ini melalui sidang in absentia. Dua dari mereka merupakan warga Rusia. Namun, Moskow menolak menyerahkan warganya untuk diadili.
Langkah banding ini menandai upaya terbaru Rusia untuk menghindari tanggung jawab hukum internasional. Sementara itu, bagi keluarga korban, banding Rusia dianggap sebagai penundaan keadilan atas tragedi yang merenggut ratusan nyawa tak berdosa.
ICJ diperkirakan akan membutuhkan waktu lama untuk memutuskan banding tersebut, mengingat kerumitan kasus yang melibatkan konflik bersenjata, perjanjian internasional, hingga politik global.
Latar Belakang Tragedi MH17
Pesawat Boeing 777 dengan rute Amsterdam–Kuala Lumpur ditembak jatuh oleh rudal BUK buatan Rusia di atas wilayah Donetsk, Ukraina.
Saat itu, kawasan tersebut dikuasai pemberontak separatis pro-Rusia yang tengah bertempur melawan pasukan Ukraina. Korban tewas sebagian besar berasal dari Belanda dan Australia, yang kemudian menuntut Moskow bertanggung jawab dan membayar kompensasi.
Editor: Anton Suhartono