AS Akhirnya Ajukan Resolusi Gencatan Senjata ke PBB Setelah 32.000 Warga Gaza Tewas
WASHINGTON, iNews.id - Amerika Serikat (AS) akhirnya mengajukan draf resolusi ke Dewan Keamanan PBB untuk menyerukan gencatan senjata segera. Draf resolusi yang diusulkan AS juga menyerukan pembebasan sandera Israel.
Draf resolusi usulan AS akan di-voting di Dewan Keamanan PBB, Jumat (22/3/2024) pagi waktu New York.
Isi draf tersebut di antaranya mengutuk segala bentuk terorisme dan memuji upaya yang dipimpin oleh Mesir dan Qatar. Resolusi juga menekankan pentingnya mengubah gencatan senjata biasa menjadi berkelanjutan.
Dalam draf itu AS menyebut Hamas dan kelompok perlawanan di Gaza lainnya tak membela kepentingan rakyat Palestina.
"Hamas dan kelompok teroris dan ekstremis bersenjata lainnya di Gaza tidak membela martabat atau kepentingan dan tekad rakyat Palestina," demikian isi draf, seperti dilaporkan Anadolu.
Selain itu Gaza adalah bagian dari wilayah (Palestina) yang diduduki Israel pada 1967 seraya menegaskan dukungan terhadap solusi dua negara.
“Dewan Keamanan menetapkan pentingnya gencatan senjata segera dan berkelanjutan untuk melindungi warga sipil di semua bidang, memungkinkan pengiriman bantuan kemanusiaan yang penting, dan meringankan penderitaan kemanusiaan serta untuk mencapai tujuan tersebut dengan tegas mendukung upaya diplomatik internasional yang sedang berlangsung untuk menjamin gencatan senjata dengan pembebasan semua sandera yang tersisa,” demikian isi draf resolusi.
Kabar soal draf resolusi ini sebelumnya juga disampaikan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken kepada media Saudi Al Hadath, Rabu (20/3/2024).
"Gencatan senjata segera yang dikaitkan dengan pembebasan sandera (di Jalur Gaza)," kata Blinken, dikutip dari AFP.
Dia yakin draf resolusinya akan disetujui oleh para anggota Dewan Keamanan PBB.
"Kami sangat berharap negara-negara akan mendukungnya,” katanya.
AS terakhir memveto drat resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata pada 20 Februari. Itu merupakan kali ketiga AS menolak resolusi sekaligus menjadi satu-satunya negara yang menolak, selain Inggris memilih abstain.
Menurut AS, draf resolusi yang diajukan Aljazair itu bisa membahayakan negosiasi gencatan senjata yang saat itu sedang berlangsung, dimediasi oleh negara tersebut, Mesir, serta Qatar. Negosiasi bertujuan mewujudkan jeda pertempuran serta menjamin pembebasan sandera.
Namun negosiasi itu gagal terwujud karena perbedaan prinsip soal lamanya gencatan senjata. Hamas menghendaki gencatan senjata permanen, sementara Israel dan AS ingin berlaku sementara.
Serangan Israel sejak 7 Oktober 2023 hingga 21 Maret 2024 menewaskan hampir 32.000 orang, tepatnya 31.988. Selain itu 74.188 orang terluka.
Editor: Anton Suhartono