AS Kirim 90.000 Ton Senjata ke Israel: Apa Dampaknya bagi Konflik Gaza?
JAKARTA, iNews.id - Sejak perang di Jalur Gaza pecah pada 7 Oktober 2023, dukungan Amerika Serikat (AS) terhadap Israel terus mengalir deras. Fakta terbaru menunjukkan AS telah mengirim lebih dari 90.000 ton senjata dan peralatan militer ke Israel dalam kurun waktu kurang dari 2 tahun.
Menurut Kementerian Pertahanan Israel, pengiriman itu dilakukan menggunakan 800 penerbangan militer dan 140 kapal. Pesawat pengangkut ke-800 bahkan baru saja mendarat di Israel pada Selasa (27/5/2025) pagi. Angka ini bukan hanya mencerminkan skala logistik yang luar biasa besar, tapi juga memperlihatkan betapa intensifnya hubungan militer kedua negara di tengah kecaman internasional.
Peralatan yang dikirimkan mencakup kendaraan lapis baja, munisi dalam jumlah besar, perlengkapan pelindung diri, hingga peralatan medis. Semua ini disebut sebagai "komponen penting" untuk menjaga kelangsungan operasi militer Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di Gaza.
Kementerian Pertahanan Israel menyatakan pengiriman dari AS ini membantu IDF dalam dua aspek utama:
Dengan kata lain, bantuan militer dari AS bukan hanya soal mendukung secara moral, tetapi sangat nyata dalam membantu Israel menjalankan operasi militer secara berkelanjutan.
Sejak runtuhnya gencatan senjata pada 18 Maret 2025, Israel meningkatkan intensitas serangan ke Gaza. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa perang tidak akan berhenti sampai dua tujuan utama tercapai: menghancurkan Hamas dan memulangkan seluruh sandera Israel.
Kini, Israel menjalankan operasi darat baru bertajuk "Operasi Kereta Perang Gideon" dengan ambisi menguasai 75 persen wilayah Gaza dalam dua bulan. Ini merupakan salah satu langkah paling agresif sejak konflik dimulai.
Pengiriman senjata skala besar oleh AS memicu reaksi beragam dari komunitas internasional. Banyak negara dan organisasi HAM mempertanyakan legitimasi moral dan hukum dari bantuan tersebut, terutama di tengah laporan krisis kemanusiaan di Gaza yang terus memburuk.
Sementara itu, penguatan militer Israel melalui dukungan AS diprediksi akan memperpanjang konflik, memperbesar jumlah korban sipil, dan makin menyulitkan tercapainya solusi diplomatik.
Editor: Anton Suhartono