AS Tuding China dan Rusia Sesatkan Informasi soal Corona untuk Pecah Belah Barat
WASHINGTON DC, iNews.id – Departemen Kehakiman Amerika Serikat tengah menelusuri kampanye penyesatan informasi di seluruh dunia yang—menurut lembaga itu—dilakukan oleh Rusia dan China. Menurut Kepala Divisi Keamanan Nasional Departemen Kehakiman AS, John Demers, kampanye itu bertujuan untuk menabur perpecahan akibat krisis yang disebabkan wabah virus corona (Covid-19).
Dalam wawancara dengan Bloomberg, Kamis (9/4/2020), Demers mengatakan, operasi disinformasi secara global itu dapat memicu kebingungan dan perpecahan di AS dan negara-negara Barat lainnya. Dia menduga aksi itu dilancarkan Rusia untuk melemahkan Uni Eropa, NATO, dan demokrasi Barat, dengan cara yang paralel lewat upaya Kremlin untuk ikut campur dalam Pilpres AS 2016.
Penyesatan informasi tersebut bertujuan untuk meyakinkan negara-negara yang dilanda pandemi Covid-19 bahwa Uni Eropa tidak cukup serius memerangi wabah tersebut. Dengan begitu, akan muncul kesimpulan bahwa negara-negara di Benua Biru akan lebih baik tanpa Uni Eropa, menurut Demers.
“Di dalam Uni Eropa, cara ini dapat memperparah perpecahan di antara beberapa negara Eropa selatan yang paling terpengaruh sejauh ini oleh (wabah) virus corona, seperti Italia dan Spanyol, dan Uni Eropa sebagai entitas,” kata Demers dalam wawancara itu yang dikutip The Straits Times.
Dia menduga orang-orang China ingin mengambil keuntungan dari krisis tersebut dengan mencoba mempromosikan manfaat dari gaya hidup serta sistem politik dan ekonomi mereka. Pada saat yang sama, China akan membuat sistem demokrasi liberal di Barat seolah-olah terlihat gagal dalam menagangani wabah virus itu.
“Apakah kami mulai melihat di media sosial beberapa disinformasi China tentang virus corona? Jawabannya adalah ya. Siapa yang melakukannya dan dari mana asalnya, kita akan melihat seperti apa hasilnya nanti dan seberapa jauh upaya ini terorganisasi,” ucap Demers.
Menurut dia, mungkin tidak semua informasi yang disebarkan dalam kampanye Rusia-China itu salah. Akan tetapi, operasi oleh dua negara itu bisa jadi menggabungkan informasi yang benar dengan beberapa penggambaran palsu atau berlebihan.
“Sebagai contoh, pejabat Departemen Luar Negeri China menyebut virus (corona) itu berasal dari laboratorium militer AS adalah informasi yang salah. Tetapi itu bukan sesuatu yang akan kami proses secara (hukum) kriminal,” kata Demers.
Editor: Ahmad Islamy Jamil