Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Eks Presiden Brasil Jair Bolsonaro Ditangkap, Diduga Mau Kabur dari Tahanan Rumah
Advertisement . Scroll to see content

Autopsi Juliana Marins di Brasil Tak Beda dengan RSUD Bali, Meninggal 15 Menit Setelah Jatuh Terakhir

Sabtu, 12 Juli 2025 - 15:03:00 WIB
Autopsi Juliana Marins di Brasil Tak Beda dengan RSUD Bali, Meninggal 15 Menit Setelah Jatuh Terakhir
Hasil autopsi terhadap Juliana Marins di Brasil mengonfirmasi temuan serupa dengan pemeriksaan di RSUD Bali (Foto: Istimewa)
Advertisement . Scroll to see content

RIO DE JANEIRO, iNews.id - Hasil autopsi terbaru terhadap Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang meninggal setelah terjatuh ke jurang di Gunung Rinjani, mengonfirmasi temuan serupa dengan hasil pemeriksaan awal di RSUD Bali. Tim forensik Brasil menyimpulkan bahwa Juliana meninggal sekitar 15 menit setelah mengalami jatuh yang terakhir dari ketinggian tebing.

Pemeriksaan ulang dilakukan oleh Institut Medis-Hukum (IML) di Rio de Janeiro atas permintaan keluarga dan lembaga bantuan hukum yang mengawal kasus ini. Autopsi dilakukan setelah jenazah dievakuasi ke Brasil, meski sebelumnya sudah diautopsi di Bali.

Reginaldo Franklin, ahli forensik Kepolisian Rio de Janeiro, menyebut bahwa dari hasil analisis larva yang ditemukan pada tubuh korban, diperkirakan waktu kematian terjadi antara 23 hingga 24 Juni dini hari waktu Indonesia tengah. Berdasarkan perkembangan biologis larva dan referensi medis-hukum, diperkirakan Juliana meninggal dalam waktu 15 menit setelah jatuh untuk terakhir kalinya ke kedalaman sekitar 650 meter.

Sebelumnya diketahui, Juliana mengalami tiga kali jatuh saat mendaki Gunung Rinjani. Jatuh pertama dari ketinggian sekitar 200 meter, lalu kembali terjatuh sekitar 60 meter, dan akhirnya ditemukan meninggal di dasar jurang dengan kedalaman total 650 meter.

Penyebab kematian yang dicatat dalam laporan autopsi adalah pendarahan internal hebat akibat trauma berat di berbagai bagian tubuh. Cedera serius termasuk patah tulang rusuk, paha, dan panggul; memar di toraks; perforasi paru-paru akibat tulang rusuk; serta pendarahan di dasar tengkorak.

Saksi ahli keluarga Juliana, Nelson Massini, mengatakan hasil otopsi di Brasil pada dasarnya tidak berbeda jauh dari yang dilakukan di RSUD Bali Mandara. Ia menyebut bahwa penjelasan penyebab kematian dan waktu kematian yang diperkirakan oleh dokter forensik Indonesia cukup konsisten.

Sebelumnya, dr Ida Bagus Alit dari RSUD Bali Mandara, mengatakan Juliana meninggal cepat akibat luka berat di dada bagian belakang yang menyebabkan pendarahan hebat. Ia memperkirakan kematian terjadi tidak lebih dari 20 menit setelah luka tersebut dialami.

Autopsi juga menyimpulkan bahwa tidak ditemukan tanda khas hipotermia, seperti luka kehitaman di jari-jari. Bola mata, yang biasa digunakan sebagai indikator kondisi tersebut, tidak bisa diperiksa karena kondisi jenazah yang telah membusuk.

Hasil autopsi lengkap dari dua negara ini memperkuat kesimpulan bahwa penyebab utama kematian Juliana adalah trauma fisik akibat jatuh dari ketinggian, dan bukan disebabkan faktor lain seperti paparan suhu ekstrem.

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut