Badai Eta Picu Bencana Alam di Guatemala, Ratusan Orang Tewas
QUEJA, iNews.id - Tentara dan tim SAR Guatemala berhasil mencapai desa terisolir dimana ratusan rumah terkubur banjir lumpur dan tanah longsor dampak Badai Eta. Diperkirakan setidaknya 150 orang meninggal dunia dalam bencana alam tersebut.
Presiden Guatemala, Alejandro Giammattei, mengatakan sekitar 100 orang tewas di Queja yang terletak di tengah wilayah Alta Verapaz. Sebelumnya, otoritas kebencanaan Guatemala melaporkan ada 50 orang tewas di seluruh negeri.
Badai Eta yang membawa angin berkecepatan 225 km per jam dan hujan intensitas tinggi menghantam Guatemala pada Kamis (5/11/2020) setelah terlebih dulu berputar di atas Nikaragua dan Honduras.
Badai Eta picu banjir lumpur dan tanah longsor
Badai kategori 4 itu menyebabkan tanah longsor, banjir lumpur, serta banjir bandang di sejumlah wilayah Guatemala. Lumpur tebal serta timbunan tanah menyebabkan jalanan menunju desa-desa terpencil terputus.
Tim penyelamat dibantu tentara berpacu dengan waktu membuka jalan agar bantuan dapat segera masuk serta proses evakuasi berjalan.
"Masih banyak orang yang terjebak dan kami kesulitan mencapai lokasi mereka," kata Giammattei dikutip dari BBC, Sabtu (7/11/2020).
Giammettei menjelaskan situasi di Queja sangat kritis. Sejauh ini belum ada satupun jasad yang dievakuasi dari wilayah itu.
Banjir paksa warga bertahan di atap rumah
Sementara itu, di wilayah La Lima, warga terpaksa bertahan di atap rumah karena banjir yang semakin tinggi. Mereka mengaku makan seadanya sambil menunggu evakuasi dari tim penyelamat.
"Kami tidak bisa meninggalkan rumah kami karena air banjir sudah mencapai leher," kata Munguia Figueroa, penduduk La Lima.
Menteri Luar Negeri Guatemala, Lisandro Rosales, melalui Twitter meminta bantuan organisasi internasional maupun negara tetangga dalam mengatasi dampa Topan Eta.
"Kehancuran yang disebabkan Badai Eta sangat besar bagi keuangan publik dan di saat bersama kami kritis karena Covid-19," demikian kicaunya.
"Kami menyerukan kepada komunitas internasional untuk mempercepat proses pemulihan dan rekonstruksi," lanjutnya.
Editor: Arif Budiwinarto