Baku Tembak Pasukan Thailand dan Kamboja, 2 Negara Saling Menyalahkan
PHNOM PENH, iNews.id - Situasi di perbatasan Thailand dan Kamboja kembali memanas, Rabu (12/11/2025). Hanya sebulan setelah kedua negara mendeklarasikan perdamaian, baku tembak pecah di wilayah yang disengketakan, menewaskan sedikitnya satu orang dan melukai beberapa lainnya.
Insiden itu terjadi di dekat perbatasan Provinsi Sa Kaeo (Thailand) dan Banteay Meanchey (Kamboja). Kedua negara segera saling menuduh pihak lawan sebagai pemicu tembakan pertama, memunculkan kekhawatiran bahwa konflik berkepanjangan bisa kembali pecah.
Saling Tuding Soal Siapa yang Menyerang Duluan
Kementerian Pertahanan (Kemhan) Kamboja menuding pasukan Thailand melepaskan tembakan lebih dulu pada Selasa sekitar pukul 15.50 waktu setempat di sebuah desa perbatasan yang disengketakan.
“Tembakan itu menewaskan satu warga dan melukai tiga lainnya,” bunyi pernyataan Kemhan Kamboja.
Namun, versi berbeda disampaikan pihak Thailand. Juru bicara Angkatan Darat Thailand, Winthai Suvaree, menegaskan bahwa pasukan Kamboja yang lebih dulu menembak ke arah Thailand.
“Pasukan kami hanya berlindung dan melepaskan tembakan peringatan sebagai respons, sesuai aturan pertempuran. Tidak ada korban jiwa di pihak Thailand,” katanya, dalam keterangan resmi.
Suvaree juga menyebut baku tembak berlangsung sekitar 10 menit sebelum akhirnya situasi kembali tenang.
PM Hun Manet Kecam Tindakan Thailand
Perdana Menteri Kamboja Hun Manet mengecam keras apa yang disebutnya sebagai “penggunaan kekerasan oleh pihak Thailand terhadap warga sipil Kamboja.”
Dia mendesak investigasi internasional dan meminta PBB turun tangan untuk memastikan pelanggaran perbatasan tidak kembali terjadi.
Latar Belakang Konflik: Luka Lama yang Tak Sembuh
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja bukan hal baru. Sengketa kedua negara berakar lebih dari satu abad, berawal dari peta perbatasan era kolonial yang tidak pernah disepakati secara tuntas.
Daerah sekitar kuil-kuil kuno di perbatasan, termasuk Preah Vihear, menjadi sumber utama perselisihan dan kerap memicu bentrokan bersenjata.
Pada Juli lalu, kedua negara bahkan sempat terlibat pertempuran selama lima hari, menewaskan 43 orang dan memaksa sekitar 300.000 warga mengungsi. Gencatan senjata saat itu baru tercapai setelah mediasi oleh Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim dan Presiden AS Donald Trump.
Namun, situasi kembali goyah pekan ini setelah Thailand menunda implementasi kesepakatan lanjutan akibat ledakan ranjau darat yang melukai empat tentaranya. Hanya dua hari kemudian, kontak senjata kembali terjadi.
Editor: Anton Suhartono