Balik Arah, Thailand Bakal Larang Ganja untuk Konsumsi dan Rekreasi
NEW YORK, iNews.id - Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin akan mengubah secara drastis aturan mengenai penggunaan ganja. Bahkan penggunaan ganja untuk medis juga akan dibatasi.
Thailand tahun lalu menjadi negara pertama yang melememberlakukan aturan baru yang membolehkan penggunaan ganja untuk konsumsi, bahkan rekreasi untuk tempat-tempat tertentu saja. Sejak itu ribuan toko ganja dibuka di penjuru negeri.
Menurut Srettha, pemerintahannya berusaha memperbaiki kebijakan ganja dalam 6 bulan, terutama menertibkan apotek menjual obat berbahan ganja yang bebas beroperasi.
“Undang-undang tersebut perlu dibuat ulang. Kita bisa mengaturnya hanya untuk penggunaan medis saja,” kata Srettha, seraya menambahkan tidak ada jalan tengah untuk penggunaan rekreasi, dalam wawancara dengan Stasiun Televisi Bloomberg, Rabu (20/9/2023).
Namun Srettha mengatakan ada kesepakatan di antara 11 partai koalisi yang dipimpinnya mengenai perlunya pelonggaran, yakni hanya membatasi penggunaan ganja. Kebijakan baru nanti sepertinya masih dinegosiasikan.
Partai Pheu Thai yang dipimpin Srettha dengan tegas melarang ganja serta bakal mencabut kebijakan untuk mendekriminalisasi ganja.
Dalam masalah ini, Pheu Thai berkoalisi dengan Partai Bhumjaithai dipimpin Anutin Charnvirakul. Dia berjanji melanjutkan rencana untuk memperkenalkan kembali undang-undang ganja di parlemen. Namun Anutin akan mendesak pemantauan lebih ketat terhadap industri ganja meski menentang pengklasifikasian tanaman tersebut sebagai obat lagi.
Saat ini ada hampir 6.000 apotek yang menjual ganja sebagai obat di Thailand. Mereka menjual, mulai dari pucuk ganja hingga ekstrak minyak ganja yang mengandung kurang dari 0,2 persen tetrahydrocannabinol, senyawa psikoaktif yang memberikan sensasi 'tinggi' kepada penggunanya.
Petani Thailand juga diperbolehkan menanam ganja secara bebas setelah mendaftar ke Badan Pengawas Obat dan Makanan Thailand.
Editor: Anton Suhartono