Banjir Parah di Malaysia Belum Surut, Aksi Saling Tuding Ramai
KUALA LUMPUR, iNews.id - Banjir yang menerjang Malaysia menyebabkan delapan orang tewas dan 61.000 lainnya mengungsi. Selain itu, 181 kasus Covid-19 telah terdeteksi di antara para pengungsi.
Pada Senin (20/12/2021), dilaporkan beberapa korban masih terdampar tanpa makanan atau listrik. Sebanyak 10 orang, termasuk seorang anak, diduga hilang di Pahang.
“Kementerian Kesehatan menduga, bencana banjir ini dapat memicu peningkatan jumlah kasus Covid-19,” kata Menteri Kesehatan, Khairy Jamaluddin seperti dikutip The Star Daily.
Angkatan bersenjata, polisi, dan lembaga lainnya bergegas menyelamatkan mereka yang masih terjebak di rumah. Sementara kelompok sukarelawan dan individu juga ikut membantu proses evakuasi.
Kembara Kitchen bekerja sepanjang waktu dan telah mendistribusikan sekitar 1.500 makanan siap konsumsi dan 3.000 makanan kemasan kepada para korban banjir.
"Kami bekerja dengan responden pertama untuk memberikan makanan kemasan kepada mereka yang masih terdampar dan hanya dapat dicapai dengan perahu. Kami juga bekerja dengan pihak berwenang untuk mendistribusikan makanan panas ke tempat penampungan yang kekurangan makanan," kata salah satu pendiri Kembara Kitchen, Chan Yi Lyn seperti dikutip dari The Straits Times.
Sayang, aksi saling menyalahkan mulai merebak di tengah bencana. Beberapa orang melalui akun Twitternya mengaku tidak ada peringatan yang diberikan oleh pihak berwenang. Selain itu, upaya penyelamatan terlalu lambat.
Kini tagar #KerajaanPembunuh (Pemerintah Pembunuh) menjadi tren di Twitter.
"Banyak orang meninggal karena Anda dan kelalaian orang-orang Anda. Jika Anda benar-benar mengambil tindakan darurat sebelumnya dan telah memperingatkan orang-orang, ini tidak akan terjadi," tulis pengguna Twitter NJJM.
Anggota parlemen Klang Charles Santiago mengatakan, banyak keluarga masih terjebak di atap rumah mereka. Ini karena ketinggian air masih berbahaya.
Dia pun mengkritik pemerintah yang lamban dalam mengaktifkan upaya penyelamatan dan bantuan.
"Alasan pemerintah terkait ketinggian air yang terlalu tinggi dan menunda penyelamatan dan distribusi makanan tidak dapat diterima. Pemerintah memiliki begitu banyak aset seperti kapal, helikopter, dan tim yang terlatih secara profesional," katanya.
Anggota parlemen Partai Aksi Demokrat (DAP), Ong Kian Ming melalui akun Facebooknya mengaku menggunakan dua kayak sendiri untuk melakukan misi penyelamatan di Taman Sri Muda mulai Minggu.
Dia mengatakan, hal itu merupakan tantangan karena daerah permukiman tersebut memiliki lebih dari 10.000 penduduk. Ketinggian air mencapai 2,4 meter. Dia mengaku berhasil menyelamatkan sekitar 40 orang.
Anggota parlemen oposisi di Parlemen mengajukan pertanyaan mengapa pihak berwenang begitu tidak siap menghadapi banjir yang parah tersebut.
"Ini telah mempengaruhi ribuan korban. Beberapa mengungsi di atap rumah mereka, dan ini terjadi di Lembah Klang, daerah paling maju di Malaysia," kata Sekretaris Jenderal DAP, Lim Guan Eng.
Sementara itu, anggota parlemen Amanah Mohamad Sabu mengatakan, daerah pemilihannya Kota Raja di Klang juga terkena dampak parah. Kondisi saat ini, tidak ada cukup perahu di kawasan tersebut.
"Saya tidak tahu apa yang dilakukan perdana menteri. Bahkan pada hari kedua, tidak ada bantuan," katanya seperti dikutip situs berita online Free Malaysia Today.
Sementara beberapa toko serba ada di bagian Taman Sri Muda yang terendam banjir dilaporkan dibobol.
“Kami telah memobilisasi tim pencegahan kejahatan dengan bantuan dari Pasukan Operasi Umum, ke daerah-daerah yang terkena dampak,” kata Asisten Komisaris OCPD, Shah Alam Baharudin Mat Taib kepada The Star.
Netizen menuduh menantu Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob, Jovian Mandagie menggunakan helikopter pemerintah untuk menghindari banjir. Sementara banyak korban lain terdampar.
Namun hal itu dibantah melalui akun Instagram. Dia mengatakan itu merupakan helikopter komersial.
"Saya tidak menggunakan aset pemerintah. Saya tidak akan menggunakan sesuatu yang bukan hak saya. Kalian semua ingin mengutuk saya, silakan tapi itu fitnah," katanya.
Editor: Umaya Khusniah