Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Trump Melunak Ingin Bantu Zohran Mamdani Bangun New York, tapi...
Advertisement . Scroll to see content

Bantah Trump soal Pembunuhan Umat Kristen, Nigeria: Kelompok Militan juga Bunuh Muslim

Senin, 03 November 2025 - 15:42:00 WIB
Bantah Trump soal Pembunuhan Umat Kristen, Nigeria: Kelompok Militan juga Bunuh Muslim
Nigeria membantah pernyataan Donald Trump yang menuduh telah terjadi penargetan dan pembunuhan massal terhadap umat Kristen (Foto: AP)
Advertisement . Scroll to see content

ABUJA, iNews.id - Pemerintah Nigeria membantah keras pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menuduh telah terjadi penargetan dan pembunuhan massal terhadap umat Kristen di negara tersebut. Para pejabat menegaskan, kelompok-kelompok militan yang beroperasi di wilayahnya juga menargetkan umat Muslim dan pemeluk agama lain, bukan hanya umat Kristen.

Pernyataan itu disampaikan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Nigeria Kimiebi Imomotimi Ebienfa, menyusul ancaman Trump yang mempertimbangkan opsi militer terhadap negara Afrika itu guna menanggapi dugaan kekerasan terhadap umat Kristen.

Trump Ancam Kirim Pasukan ke Nigeria

Dalam wawancara pada Minggu (2/11/2025), Trump menegaskan sedang mempertimbangkan berbagai langkah militer terhadap Nigeria, termasuk kemungkinan pengiriman pasukan atau serangan udara.

Dia menuduh kelompok militan telah membunuh umat Kristen dalam jumlah besar.

“Bisa jadi, banyak hal yang kita bayangkan, banyak hal,” kata Trump, tanpa menyebut sumber informasi atau bukti yang mendukung klaimnya.

Ancaman itu segera memicu reaksi keras dari Abuja, yang menilai tuduhan tersebut tidak mencerminkan situasi sebenarnya di lapangan.

Nigeria: Tidak Ada Genosida Umat Kristen

Menanggapi tuduhan Trump, Ebienfa menegaskan narasi yang menggambarkan adanya genosida terhadap umat Kristen di Nigeria adalah tidak benar dan menyesatkan.

“Kami tidak senang dengan situasi keamanan yang sedang kami alami, tetapi jika kita mengikuti narasi bahwa hanya umat Kristen yang menjadi korban, itu salah. Tidak ada genosida Kristen di Nigeria,” ujarnya, dalam wawancara dengan Al Jazeera.

Menurut dia, kelompok militan seperti Boko Haram dan faksi yang terafiliasi dengan Al Qaeda dan ISIS melakukan serangan secara acak tanpa memandang agama korban.

“Umat Muslim juga dibunuh. Penganut agama tradisional juga dibunuh. Mayoritas korban bukan umat Kristen,” tuturnya.

Militan Boko Haram dan ISIS Picu Krisis Kemanusiaan

Boko Haram dan kelompok afiliasinya menimbulkan krisis kemanusiaan besar di wilayah timur laut Nigeria selama lebih dari satu dekade. Ribuan warga sipil tewas, jutaan lainnya mengungsi akibat serangan yang menargetkan desa, tempat ibadah, hingga fasilitas pemerintah.

Ebienfa menyebut pemerintah Nigeria terus memerangi kelompok-kelompok tersebut, namun juga menolak narasi eksternal yang menyederhanakan konflik menjadi isu agama.

“Pembunuhan warga Nigeria mana pun, di bagian mana pun di negara ini, merupakan kehilangan bagi pemerintah,” katanya. 

Nigeria Minta AS Hormati Kedaulatan Negara

Meski terbuka untuk bekerja sama dengan negara lain dalam memerangi terorisme, Nigeria menegaskan setiap bentuk bantuan asing harus menghormati kedaulatan dan integritas teritorialnya.

Pernyataan tegas dari pemerintah Nigeria menyoroti ketegangan diplomatik baru antara Abuja dan Washington.

Sementara Trump menuding adanya kekerasan terarah terhadap umat Kristen, pemerintah Nigeria menyebut tuduhan itu tidak berdasar dan berpotensi memicu ketegangan agama.

Faktanya, konflik di Nigeria lebih kompleks, melibatkan faktor politik, ekonomi, dan ekstremisme bersenjata, bukan sekadar pertentangan antaragama. Pemerintah Nigeria kini berupaya menegaskan bahwa perang melawan teror harus dilakukan tanpa memecah belah warganya berdasarkan keyakinan.

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow

Related News

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut