Begini Suasana Natal di Arab Saudi
RIYADH, iNews.id - Perayaan Natal di Arab Saudi tahun ini terasa berbeda jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tempat penjualan aksesori Natal bertambah, terutama di Ibu Kota Riyadh.
Pemandangan orang-orang membeli pakaian Sinterklas, pernak-pernik, serta ornamen lain di toko-toko Riyadh menunjukkan toleransi lebih besar warga lokal terhadap penganut agama lain. Warga yang merayakan Natal di Saudi merupakan pendatang asing yang sedang bertugas di negara itu.
Suasana Natal serta perayaan budaya Barat lainnya, seperti Valentine, mulai dirasakan kemeriahannya di Riyadh beberapa tahun terakhir sejalan dengan kebijakan pemerintah Kerajaan untuk lebih terbuka.
Pada Februari, toko-toko menjual mawar merah serta boneka Teddy Bear untuk merayakan Valentine, perkembangan yang tidak terpikirkan beberapa tahun lalu. Kondisi tak jauh berbeda dirasakan pada Desember ini menjelang perayaan Natal.
Hanya saja suasana perayaan agak berbeda saat ini terkait pembatasan pandemi Covid-19. Komunitas ekspatriat Kristen di Arab Saudi umumnya menjadikan Natal tahun ini sebagai refleksi ketimbang bersukacita.
Arab Saudi memberlakukan pembatasan perjalanan sejak Maret untuk mencegah penyebaran wabah virus corona. Larangan penerbangan sempat dicabut pada 15 September, namun kembali diterapkan sejak 20 Desember menyusul adanya virus corona varian baru di Eropa.
“Sebagai penganut Kristen yang berada di Arab Saudi, saya merayakan Natal dalam kesendirian jauh dari keluarga,” kata Jeruel Trinidad, seorang warga AS yang tinggal dan bekerja di Riyadh, dikutip dari Arab News, Jumat (25/12/2020).
“Biasanya, saya pulang saat-saat seperti ini untuk berkumpul dengan orang yang saya cintai, tapi tahun ini untuk alasan yang jelas saya terjebak di tempat ini. Saya bertahan pada Natal dengan memanjakan diri di restoran nyaman yang menyajikan hidangan favorit, melakukan konferensi video dengan kerabat di rumah, bertemu teman-teman yang mengalami kesulitan yang sama, dan yang terpenting tetap menjaga diri. Setelah semua ini selesai, saya akan pulang selagi memungkinkan," ujarnya, menambahkan.
Meskipun dihadapi kondisi Covid-19, warga asing di Saudi tetap bertekad merayakan Natal seadanya.
Berney James, warga India yang berbasis di Riyadh, mengatakan tidak akan membiarkan pandemi Covid-19 meredam semangat perayaan.
"Tidak ada tempat sebaik rumah untuk merayakan Natal. Ada banyak harapan, tapi juga kekecewaan saat ini karena pembatasan perjalanan di tengah pandemi. Meski demikian, kami menghias rumah dan membuat jamuan makanan dengan teman-teman," kata James.
Kondisi tak jauh berbeda dirasakan Fina Concepcion, seorang terapis asal Filipina. Tahun ini dia membuang mimpi merayakan Natal bersama keluarga besar, melainkan hanya dengan putranya.
Fina membuat perayaan Natal untuk putranya dengan membelikan mainan baru dibungkus kado dan ditaruh di bawah pohon Natal seadanya.
Beberapa rumah tangga ekspatriat lainnya mencoba menciptakan kembali tradisi Natal yang lebih akrab.
Arnold Gonzales Pineda, ekspatriat Filipina yang tinggal di kota Buraydah, mengatakan, malam Natal dihabiskan dengan perayaan kecil, menyanyi, dan bertukar hadiah.
Ekspatriat asal Brasil, Lidiane Ramos Faubel, menghabiskan waktu bersama teman dan orang-orang yang dicintai. Pria yang bekerja sebagai instruktur kebugaran dan seni bela diri itu menghilangkan rasa rindu kampung halaman dengan merayakan Natal bersama teman-teman senegara di Jeddah.
Perempuan Australia yang bekerja di John Hopkins Aramco Healthcare, Sarah Palmer, mengatakan, perayaan Natal di Saudi dengan cuara cerah sangat cocok baginya.
"Kami punya teman-teman yang sudah seperti keluarga di sini. Jadi pada hari Natal kami makan siang di luar, di tepi kolam renang, sambil menikmati cuaca yang sempurna," tuturnya.
Sedangkan kepada keluarga di kampung halaman, Palmer menghilangkan rasa rindu dengan berhubungan lewat internet.
“Saya punya pesan bagi keluarga di seluruh dunia, berbagi video tentang anak-anak saat membuka kado, foto makanan, dan tentu saja FaceTime sehingga anak-anak dapat melihat sepupu dan kakek-nenek mereka,” ujarnya.
Editor: Anton Suhartono