Belum Aman, Warga Gaza Dihantui Bom-Bom Israel yang Belum Meledak
TEL AVIV, iNews.id - Gencatan senjata Israel-Hamas belum membuat warga Jalur Gaza aman sepenuhnya. Banyak bom yang dijatuhkan militer Isrel belum meledak, bisa menjadi ancaman mematikan bagi warga yang sedang memulihkan tempat tinggal mereka.
Lembaga swadaya masyarakat (LSM) Handicap International memperingatkan pengungsi yang kembali ke rumah untuk waspada dan benar-benar memastikan lingkungan mereka aman. Organisasi yang memiliki spesialisasi dalam pembersihan ranjau dan bantuan korban ranjau anti-personel itu juga mendesak masuknya peralatan yang dibutuhkan untuk menjinakkan bom-com tersisa.
"Risikonya sangat besar, diperkirakan 70.000 ton bahan peledak dijatuhkan di Gaza (sejak awal perang)," kata Anne-Claire Yaeesh, direktur Handicap International untuk wilayah Palestina, seperti dikutip dari AFP, Rabu (15/10/2025).
Senjata belum meledak, seperti bom, granat, hingga amunisi senapan, menjadi pemandangan umum di Gaza selama 2 tahun perang.
Dia menjelaskan, bom di tumpukan puing bangunan yang hancur sangat berisiko saat dibersihkan dengan alat berat. Risiko diperparah oleh sifat lingkungan sangat kompleks karena terbatasnya ruang di daerah perkotaan yang padat penduduk.
Nicholas Orr, mantan penjinak ranjau militer Inggris yang bekerja di Gaza untuk Handicap International, mengatakan dia tidak bisa menjinakkan bom di wilayah kantong itu. Pengawasan udara Israel bisa saja mengira dirinya sebagai pejuang yang sedang mencari bom belum meledak untuk diolah kembali menjadi senjata.
Badan Penanggulangan Ranjau PBB (Unmas) pada Januari lalu memperkirakan 5 hingga 10 persen amunisi yang dijatuhkan atau ditembakkan Israel ke Gaza tidak meledak.
Jumlahnya terus bertambah selama periode setelahnya, seiring operasi-operasi militer besar.
Dalam keterangan terbaru, Selasa (14/10/2025), Unmas menyatakan pembatasan masuk ke Gaza yang diberlakukan Israel selama 2 tahun terakhir, menyulitkan pemantauan.
"Tidak bisa melakukan operasi survei skala besar di Gaza," bunyi pernyataan.
Badan tersebut juga tidak memiliki gambaran menyeluruh tentang ancaman bom belum meledak di Gaza.
Unmas tetap menekankan sejak gencatan senjata berlaku pada 10 Oktober, permintaan untuk keahlian teknis melonjak. Badan tersebut telah diminta untuk melakukan berbagai misi kemanusiaan, termasuk ke daerah-daerah yang sebelumnya tidak dapat diakses.
"(Dalam beberapa hari mendatang) Sebagian besar upaya akan difokuskan pada memastikan keamanan operasi pembersihan puing, terutama di sepanjang jalan yang digunakan oleh ribuan pengungsi yang kembali ke rumah," demikian isi pernyataan.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyatakan petugas kemanusiaan akan memeriksa jalan-jalan utama dari potensi bahaya ledakan. Misi tersebut akan didukung oleh Unmas yang mengerahkan kendaraan lapis baja.
UNMAS telah menempatkan tiga kendaraan lapis baja di perbatasan, menunggu untuk memasuki Gaza.
Namun saat ini PBB belum memperoleh izin dari otoritas Israel untuk mendatangkan peralatan yang diperlukan guna menghancurkan persenjataan yang belum meledak.
Editor: Anton Suhartono